RADARMUKOMUKO.COM - Ketika bulan suci Ramadan tiba, umat Muslim di seluruh penjuru dunia bersiap untuk melaksanakan salah satu rukun Islam yang paling fundamental, yaitu puasa. Namun, ada satu aspek yang seringkali luput dari perhatian banyak orang, yaitu pemahaman tentang imsak.
Imsak, yang kerap kali disiarkan sepuluh menit sebelum azan subuh, selama ini dianggap sebagai batas waktu untuk berhenti makan sahur.
Namun, pemahaman ini ternyata perlu diluruskan. Menurut penjelasan dari Kementerian Agama Republik Indonesia, imsak hanyalah sebuah peringatan untuk mempersiapkan diri menyambut waktu subuh, bukan batas akhir dari waktu makan sahur.
BACA JUGA:Ini Tujuan Zakat Fitra Beserta Hukumnya, Manfaatnya Bikin Haru, Jangan Sampai Tidak Tahu
BACA JUGA:Drama China Terbaru ANGELS FALL SOMETIMES, Diperankan oleh Lin Yi
Dalam praktiknya, imsak dijadikan sebagai alarm bagi umat Islam untuk mulai menghentikan konsumsi makanan dan minuman, dan mempersiapkan diri untuk memasuki waktu ibadah puasa.
Waktu puasa yang sesungguhnya adalah ketika azan subuh berkumandang, menandai terbitnya fajar shadiq, yang merupakan awal dari waktu puasa menurut syariat Islam.
Kesalahpahaman mengenai imsak ini tidak jarang menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat.
Beberapa orang mungkin terburu-buru mengakhiri sahur karena khawatir telah melewati waktu imsak, padahal sebenarnya masih memiliki waktu hingga azan subuh. Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk memahami bahwa imsak adalah tanda, bukan batas.
Lebih jauh lagi, pemahaman yang benar tentang imsak dapat membantu umat Muslim dalam menjalankan ibadah puasa dengan lebih tenang dan teratur.
Dengan tidak adanya kekhawatiran yang tidak perlu, umat dapat lebih fokus pada esensi puasa itu sendiri, yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, serta meningkatkan kegiatan ibadah dan spiritualitas selama bulan suci.
BACA JUGA:Banyak Nonis yang Berburu Takjil, Begini Kata Mamah Dedeh
BACA JUGA:Buat Nemenin Waktu Ngabuburit! Ini Serial Drama Thailand Terbaru INTERN IN MY HEART
Klarifikasi ini juga menegaskan pentingnya ilmu dan pemahaman dalam beribadah. Dengan ilmu, umat Islam dapat menjalankan ibadah sesuai dengan tuntunan yang benar dan menghindari praktik-praktik yang tidak berdasar.
Hal ini sejalan dengan prinsip Islam yang mengutamakan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam beribadah.