Meski hanya enam jam, pendudukan oleh pasukan yang dipimpin Soeharto itu sangat berarti di mata kaum Republiken.
Dicatat dalam banyak buku sejarah Orde Baru, serangan yang dipimpin Soeharto membuka mata dunia bahwa TNI dan RI masih ada.
Pada usia sekitar 32 tahun, tugasnya dipindahkan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel 1 Maret 1953.
Pada 3 Juni 1956, ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel.
Pada 1 Oktober 1961, jabatan rangkap sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun bertambah dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD).
Pada tahun 1961 tersebut, ia juga mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris (Perancis), dan Bonn (Jerman).
Di usia 41 tahun, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal 1 Januari 1962 dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar.
Soeharto yang baru saja jadi jenderal kala menyusun pasukan untuk melakukan serangan besar-besaran ke Irian Barat yang diduduki Belanda.
BACA JUGA:Indonesia Dianggap Menjadi Penjajah Timor Leste? Ini Awal Mula Presiden Soeharto Rebut Timur-Timur
Beberapa pasukan, salah satunya pasukan Benny Moerdani, diterjunkan terlebih dahulu sebelum serangan. Namun penyerbuan besar-besaran seluruh pasukan di bawah komando Soeharto tidak pernah terlaksana karena Indonesia keburu beruntung di jalur diplomasi yang dicampuri Amerika Serikat.
Meski Operasi Trikora tidak sepenuhnya mengeluarkan kekuatan dan tidak mengalahkan Belanda secara militer, bintang Soeharto kian bersinar.
Di masa ini pula Soeharto dianugerahi anak laki-laki bernama Hutomo Mandala Putra. Selain operasi di Irian Barat, Soeharto juga menjadi orang penting dalam sejarah pembentukan Komando Tjadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) di awal 1960-an itu. Soeharto adalah panglima pertamanya.
Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution.
Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965. Dan di tahun 1968 beliau menjabat sebagai Presiden RI ke dua sampai tahun 1998.
Peran Soeharto yang paling sering disebut dan dikenang tentu saja pemberantasan PKI antara 1965-1966.