Dasima tahu dan menyadari akan hal itu. Dia memang tidak merasa bahagia hidup bersama Edward Williams. Meski hidup bergelimang harta, tapi batinnya berontak.
Akhirnya, Dasima pergi meninggalkan rumah, Tuan Edward dan putriny, Nancy. Dasima bersedia menikah dengan Samiun.
Hayati, istri pertama Samiun, merestui perkawinan itu. Dengan syarat tidak tinggal serumah. Dengan berjalannya waktu, Samiun lebih menyanyagi Dasima dan lebih sering tinggal serumah dengannya.
Samiun jarang mengunjungi Hayati, perempuan yang gemar bermain judi itu. Karena merasa diperlakukan tidak adil, Hayati cemburu berat dan berniat jahat.
Hayati kemudian menyuruh Bang Puase membunuh Dasima. Pembunuhan dilakukan ketika Dasima dan Samiun hendak pergi kondangan ke daerah Rawa Belong.
BACA JUGA:Catat! Resep dan Cara Membuat Tahu Kukus Olahan Kreatif Lagi Menyehatkan, Patut Untuk Dicoba
BACA JUGA:Lumer di Mulut, Begini Cara Membuat Roti Goreng Coklat Kesukaan Anak-anak
Mayat Dasima dilemparkan ke Kali Ciliwung dari jembatan Kwitang, kini di samping toko buku Gunung Agung atau depan Markas Marinir Prapatan.
Esok paginya, secara kebetulan, Nancy yang sedang bermain-main, menemukan mayat ibunya mengambang di kali. Lalu dia meminta bantuan warga untuk mengeksekusi mayat ibunya itu.
"Berdasarkan saksi mata, yakni dua orang tukang getek (pekerja penyeberangan sungai pada masa itu) mengaku melihat langsung peristiwa pembunuhan itu. Mereka memberatkan Bang Puase sebagai pelakunya," catat Zaenuddin.
Bang Puase, yang jagoan Kwitang itu, kemudian dihukum gantung atas kejahatannya oleh pemerintah kota. Eksekusi dilakukan di depan gedung Balaikota Batavia atau yang sekarang dikenal dengan Museum Sejarah Jakarta. Hukuman gantung itu disaksikan oleh ratusan warga kota.*