RADARMUKOMUKO.COM - Demang Lehman salah satu pahlawan Indonesia yang sangat ditakuti Belanda hingga membuar penjajah rugi besar. Ia dikubur tanpa kepala, karena kepalanya dipenggal dan dibawa ke Belanda saat dihukum gantung.
Dia menjalani hukuman gantung sampai mati di Martapura, sebagai pelaksanaan keputusan Pengadilan Militer Belanda tanggal 27 Februari 1864.
Pejabat-pejabat militer Belanda yang menyaksikan hukuman gantung ini merasa kagum dengan ketabahannya menaiki tiang gantungan tanpa mata ditutup.
Urat mukanya tidak berubah menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Tiada ada satu keluarganyapun yang menyaksikannya dan tidak ada keluarga yang menyambut mayatnya.
Setelah selesai digantung dan mati, kepalanya dipotong oleh Belanda dan dibawa oleh Konservator Rijksmuseum van Volkenkunde Leiden. Kepala Demang Lehman disimpan di Museum Leiden di Negeri Belanda, sehingga mayatnya dimakamkan tanpa kepala.
BACA JUGA:Keris Kyai Naga Siluman Pusaka Sakti Pangeran Diponegoro, Konon Berisi Roh Naga Bisa Berubah Wujud
BACA JUGA:Cerita Dibalik Tradisi Siraman Pusaka Gong Kyai Pradah, Pemanggil Harimau
Diketahui, Demang Lehman adalah salah satu panglima perang yang perannya cukup penting dalam perang Banjar. Gelar Kiai Demang merupakan gelar untuk pejabat yang memegang sebuah lalawangan (distrik) di Kesultanan Banjar.
Demang Lehman semula merupakan seorang panakawan (ajudan) dari Pangeran Hidayatullah II sejak tahun 1857. Oleh karena kesetiaan dan kecakapannya dan besarnya jasa sebagai panakawan dari Pangeran Hidayatullah II, dia diangkat menjadi Kiai sebagai lalawangan/kepala Distrik Riam Kanan tanah lungguh Pg. Hidayatullah II.
Demang Lehman memegang pusaka kasultanan Banjar yaitu Keris Singkir dan sebuah tombak bernama Kaliblah yang berasal dari Sumbawa.
Melansir dari wikipedia, Demang Lehman lahir di Martapura tahun 1832, bernama asli Idris, kemudian bergelar Adhipattie Mangko Nagara (Adipati Mangku Negara). Ia meninggal di Martapura tanggal 27 Februari 1864 pada umur 32 tahun.
Di masa Perang Banjar (1859–1905), Demang Lehman bersama Kiai Langlang dan Penghulu Haji Buyasin menghimpun kekuatan dan memimpin mereka untuk melawan Belanda yang berkuasa di disekitar Martapura dan Tanah Laut.
Dirangkum dari berbagai sumber, sikap Belanda terhadap masyarakat di Martapura yang semena-mena dengan monopoli perdagangan bahkan ikut campur dalam proses penggantuan takhta Kesultanan Banjar, membuar perlawanan dari rakyat.
Kemarahan raktat Kesultanan Banjar kemudian meledak hingga memunculkan perlawanan yang dipimpin oleh Pangeran Hidayatullah, pewaris takhta yang diakui raktat.
Perjuangan Pangeran Hidayatullah dilakukan bersama pahlawan besar Banjarmasin, Pangeran Antasari, beberapa bangsawan, pemuka agama, dan Demang Lehman.