BACA JUGA:Ini Rahasia di Balik Bahasa Belanda, Bahasa yang Masih Dipakai di Indonesia
BACA JUGA:Dari Benteng Marlborough sampai Rumah Raffles, Ini Kisah Bengkulu di Masa Inggris
Mayor Beetjess sebagai pemimpinnya mati tertembak dan pasukan Pattimura menumpas habis serdadu-serdadu yang tersisa di sana.
Sejarah perang Pattimura masih berlanjut dengan semangat yang semakin berkobar dan perlawanan yang semakin besar.
Sampai pada akhirnya Nedderland meminta bantuan tambahan pasukan dari Ambon untuk membendung serangan rakyat Maluku.
Tentara bantuan Ambon tersebut berada di bawah pimpinan Kapten Lisnet & Mayer, mereka berhasil sampai pada November 1817.
Pada bulan itu juga tentara dari Ambon tersebut melakukan serangan balik terhadap pertahanan inti Pasukan Pattimura dan Benteng Duurstede.
Karena terdesak, akhirnya Benteng Duurstede kembali jatuh beserta banyak daerah-daerah lainnya ikut jatuh dalam waktu yang tidak lama.
Kekalahan rakyat Maluku tidak semata-mata berawal dari datangnya tentara tambahan yang berasal dari Ambon.
Salah satu penyebab paling utama adalah adanya pengkhianatan dari tubuh sendiri, seperti terdapat pada buku Pattimura-Pattimura Muda Bangkit Memenuhi Tuntutan Sejarah.
BACA JUGA:Jarang Diketahui! Ternyata Ada Cara Cepat untuk Aktivitas Laptop dengan Tombol Windows
Dalam buku karya David Mattulessy (1979) tersebut disebutkan kalau Belanda melakukan politik pecah-belah atau bernama Devie et Impera dan seperti mengakhiri sejarah perang pattimura.
Tokoh-tokoh rakyat yang tidak menyukai Pattimura berhasil terpengaruh dan terpecah belah, tokoh tersebut antara lain Pati Akoon dan Dominggus Thomas Tuwanakotta.
Akibatnya strategi pasukan Pattimura beserta rakyat maluku bocor sehingga membuat belanda satu Langkah lebih dulu dalam penyerangan yang memebuat masyarakat Maluku terdesak itu.
Selain strategi yang bocor ke tangan Belanda, informasi dari tokoh-tokoh yang terpengaruh itu akhirnya membuat Pattimura tertangkap di Siri Sori, Maluku Tengah pada 11 November 1817.
Akhirnya pada 16 Desember 1817 Pattimura mendapat hukuman mati dengan cara digantung karena tidak mau menerima tawaran Kerjasama sama sekali sekaligus mengakhiri perjuangannya.*