Masih dikatakan Roso Daras, penulis buku "Soekarno, Serpihan Sejarah yang Tercecer" , tongkat ini mulai dipakai Soekarno sejak 1952, tepatnya setelah peristiwa demonstrasi 17 Oktober 1952.
Bung Karno memiliki tiga Tongkat Komando yang bentuknya sama. Satu tongkat yang ia bawa saat keluar negeri, satu tongkat untuk berhadapan dengan para Jenderalnya, dan satu tongkat lagi yang selalu ia bawa saat berpidato.
Soekarno diyakini memiliki tongkat sakti sebagai salah satu pusaka sakti yang sering ia bawa ke mana-mana. Tongkat ini dianggap menjadi penyelamatnya dari berbagai upaya pembunuhan yang menyerangnya sampai 7 kali.
Dalam biografi itu diceritakan, pernah pada suatu saat dalam pertemuannya dengan Presiden Kuba, Fidel Castro.
Castro memegang tongkat Bung Karno dan bercanda.
"Apakah tongkat ini sakti seperti tongkat kepala suku Indian..??" kelakar Castro.
Cerita lain tentang tongkat Soekarno, adalah saat ia berkunjung ke Gedung Putih, Amerika Serikat pada tahun 1961.
Saat itu, Soekarno bertemu dengan Presiden AS Dwight D. Eisenhower dan meninggalkan tongkat komandonya di salah satu ruangan di Gedung Putih.
Ketika ia hendak mengambilnya kembali, ia terkejut melihat pengawal-pengawal Presiden AS tidak bisa mengangkat tongkat tersebut. Hanya Soekarno yang bisa mengangkat tongkat tersebut dengan mudah.
Kisah lainnya adalah saat seorang politisi Malaysia bernama Mazlan Idris berusaha mendapatkan tongkat komando Soekarno dengan cara mistis.
Ia mendatangi seorang paranormal bernama Mona Fandey yang menjanjikan bisa menggandakan uangnya jika ia memiliki tongkat komando Soekarno.
Mazlan Idris percaya bahwa tongkat tersebut memiliki adzimat kesaktian yang bisa membuatnya berkuasa di Malaysia.
Namun, rencana Mazlan Idris gagal total. Ia malah dibunuh oleh Mona Fandey dan dua rekannya pada tahun 1993.
Jenazahnya dipotong-potong dan dikubur di halaman rumah Mona Fandey. Tongkat komando Soekarno pun tidak pernah ditemukan.