Akhirnya pada tahun 1669, pasukan VOC berhasil mengepung benteng Sultan Hasanuddin di Ujung Pandang (sekarang Makassar).
BACA JUGA:Butuh Pinjaman Rp 20.000.000, Rp 30.000.000 Hingga Rp 50.000.000 Tanpa Jaminan, KUR Mikro BRI Saja
BACA JUGA:Kolonial Belanda Anjurkan Orang Pribumi Miliki Banyak Anak, Tujuannya Juga Cukup Jahat
Sultan Hasanuddin tidak mau menyerah kepada VOC. Dia bersama dengan putra-putrinya terus bertempur hingga akhirnya terpaksa menandatangani perjanjian damai dengan VOC pada tanggal 18 November 1669. Perjanjian ini dikenal sebagai Perjanjian Bongaya.
Perjanjian Bongaya sangat merugikan bagi Gowa. Sultan Hasanuddin harus melepaskan sebagian besar wilayahnya kepada VOC dan sekutunya. Dia juga harus mengakui kedaulatan VOC atas perdagangan di Nusantara.
Meskipun harus menerima perjanjian yang tidak adil itu, Sultan Hasanuddin tetap menjaga kehormatan diri dan bangsanya. Dia tetap menjadi sultan Gowa hingga akhir hayatnya pada tahun 1670. Dia dimakamkan di makam raja-raja Gowa di Katangka.
Putra-putrinya juga tidak menyerah kepada VOC. Mereka terus melanjutkan perjuangan ayahnya untuk membebaskan Gowa dari penjajahan. Mereka juga mengajarkan rakyat Gowa untuk tetap berani, mandiri, dan berdaulat.
Kisah keharmonisan keluarga Sultan Hasanuddin dan putra-putrinya adalah salah satu contoh dari kisah keluarga pahlawan yang melawan penjajah di Sulawesi Selatan, mereka tidak hanya sekeluarga yang rukun, tetapi juga sekeluarga yang berjuang bersama-sama untuk kemerdekaan bangsa.
Artikel ini dilansir dari berbagai sumber : kumparan.com dan Kompasiana.com