Dampak Kemarau, Petani Sawah Tadah Hujan Terancam Gagal Panen, Dipastikan Hasil Menurun

Sabtu 30-09-2023,09:30 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

RADARMUKOMUKO.COM - Keberadaan 4 unit bantuan mesin penyedot air, cukup berguna bagi para petani tadah hujan. Namun kondisi kemarau saat ini, petani penggarap lahan persawahan tadah hujan di wilayah Kecamatan Ipuh, Mukomuko tetap terancam gagal panen.

Sebab, 2 Unit mesin diesel merek Myanmar bangunan pinjam pakai dari Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu, dan 2 Unit mesin Alkon bantuan dari Pemerintah Kabupaten Mukomuko ini belum memadai mengaliri air ke lahan sawah dengan maksimal. 

Meskipun sudah ada 4 Unit mesin lengkap dengan selang utama. Namun, petani tidak sanggup membiayai Bahan Bakar Minyak (BBM) selama mesin itu digunakan.

 Selama ini, para petani mendapat bantuan operasional dari salah satu perusahaan yang ada di wilayah Kecamatan Ipuh. Namun, untuk saat ini  bantuan operasional tersebut sudah habis. Sementara hujan belum turun.

BACA JUGA:Dinas Sosial Rujuk 13 ODGJ, 12 Diantaranya Dinyatakan Pulih dan Mulai Ikut Pelatihan

BACA JUGA:Polisi Selidiki Penyebab Kebakaran Lahan Gambut di Belakang Bandara Mukomuko

Melansir dari radarmukomuko.bacakoran.co, Kepala Desa (Kades) Medan Jaya, Afrizal (Akang) mengatakan, musim kemarau ini memang sangat membuat para petani penggarap lahan sawah tadah hujan kewalahan. Meskipun sekarang sudah ada bantuan 4 Unit mesin penyedot air. 

Tetapi, petani tetap membutuhkan hujan. Karena mesin penyedot air tersebut belum bisa maksimal mengalirkan air ke lahan sawah milik petani. Selain itu, BBM mesin tersebut juga cukup besar. 

"Saat ini, petani mulai tidak sanggup mengisi bahan bakar mesin penyedot air tersebut. Sementara usia padi membutuhkan air yang cukup untuk memaksimalkan pertumbuhan. Sekarang bibit yang sudah ditanam oleh petani banyak yang kuning," kata Akang.

Lanjutnya, mayoritas para petani yang menggarap lahan sawah ini sudah terlanjur turun dan sudah mengeluarkan sedikit biaya. Karena benih sudah ditabur dan sebagian lahan sawah sudah dibajak. 

Sementara air tida ada sama sekali. Saat ini banyak laha sawa yang sudah dibajak dan belum bisa ditanam. Sementara usia benih sudah memasuki usia tanam. Petani berharap akhir September atau awal Oktober mendatang hujan turun. Sehingga mereka tetap bisa menggarap lahan persawahan yang sudah siap tanam tersebut. 

"Untuk bantuan biaya operasional mesin. Kita bersama Kades lain sudah menyampaikan permohonan ke Pemkab Mukomuko. Namun, sampai saat ini belum jawaban. Yang jelas saat ini petani mulai mengeluh dengan BBM untuk mesin penyedot air," imbuhnya.

BACA JUGA:PNS Pemkab Mukomuko Dihajar Pria Tak Dikenal, Korban Mengalami Bercak Luka di Bibir

BACA JUGA:Tinggal di Hutan dan Bisa Menghilang Secara Cepat, Keberadaan Suku Oni Bertubuh Kerdil Masih Misterius

Bukan saja petani tadah hujan, akibat kemarau berkepanjangan hasil pertanian pada komoditas padi dipastikan menurun. Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Penyuluhan, Dinas Pertanian (Distan) Kabupaten Mukomuko, Eva Marinda, S.P., perkiraannya penurunan hasil panen akan terjadi pada beberapa kecamatan di Kabupaten Mukomuko. 

Kategori :