RADARMUKOMUKO.COM - “Mana kakak-kakakmu ” kata Bung Karno. Guruh pun menoleh ke arah bapaknya dan berkata ” Mereka sudah pergi kerumah Ibu”.
Bung Karno pun berkata lagi “Mas Guruh, bapak sudah tidak diperbolehkan lagi tinggal di Istana ini lagi, kamu lekas persiapkan barang-barangmu, dan kamu jangan ambil lukisan atau hal lain, karena itu punya negara.” kata Bung Karno.
Selanjutnya, Bung Karno mengumpulkan semua ajudan-ajudannya yang masih setia kepadanya. Ada juga Beberapa ajudannya yang sudah tidak kelihatan karena ditangkap dan diduga ajudan dari Bung Karno tersebut terlibat dalam peristiwa Gestapu (G-30S/PKI).
BACA JUGA:Demi Keamanan dan Perjuangan, Soekarno Pernah Ketahuan Belanda Berada di Tempat Pelacuran
Dalam penyampaian Bung Karno kepada ajudannya yang masih setia di Istana dia mengatakan. “Aku sudah tidak boleh tinggal di Istana ini lagi, kalian jangan menggambil apapun, lukisan-lukisan itu, Souvenir dan macam-macam barang. Itu Milik Negara.
Itulah kata Presiden Pertama Indonesia Ir. Sukarno, saat Soeharto memintanya meninggalkan Istana Merdeka sebelum 17 Agustus 1967.
Semua itu karena Soekarno dikenal sebagai orang yang antikorupsi. Ketika akhirnya harus meninggalkan istana pada 1967, Sukarno masih menunjukkan integritasnya. Salah satunya ketika dia meninggalkan istana bersama anak-anaknya.
Bung Karno tidak pernah peduli dengan uang atau harta.
Saat meninggalkan istana, Bung Karno hanya mengenakan kaus oblong putih dan celana panjang hitam. Dengan menumpang VW kodok, ia minta diantarkan ke rumah Fatmawati di bilangan Sriwijaya, Kebayoran.
Sikap kenegarawanan Bung Karno juga ditunjukkan ketika dia menyikapi penggulingan dirinya. Salah satu ajudan Bung Karno kala itu bertanya, “Kenapa Bapak tidak melawan? Kenapa dari dulu Bapak tidak melawan?”
BACA JUGA:Ratna Sari Dewi Istri Jepang Presiden Soekarno Yang Penuh Lika-Liku Hingga Membuat Kehebohan
Mendengar pertanyaan itu, Bung Karno menjawab, “Kalian tahu apa... Kalau saya melawan, nanti perang saudara. Perang saudara itu sulit. Jikalau perang dengan Belanda, kita jelas... Hidungnya beda dengan hidung kita. Perang dengan bangsa sendiri tidak... Lebih baik saya robek dan hancur daripada bangsa saya harus perang saudara!”
Yang pasti momen pergantian kekuasaan antara Soekarno Presiden RI pertama dengan Soeharto menjadi salah satu uperistiwa yang paling bersejerah yang akan selalu dikenang.