RADARMUKOMUKO.COM - Seperti diketahui presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno memiliki berbagai strategi jitu dalam melakukan perlawanan dan mengibuli para penjajah. Salah satu yang cukup dikenal dengan melibatkan para pelacur dalam perjuangan.
Dikisahkan saat Soekarno mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) tanggal 4 Juli 1927. Dalam waktu singkat, Soekarno dan PNI semakin terkenal. Pidato-pidato Soekarno yang menggelorakan nasionalisme selalu dinantikan ribuan orang.
Dari sana, Belanda semakin memperketat pengawasan terhadap Soekarno. Rapat-rapat PNI selalu diawasi intel-intel Belanda. Tidak ada tempat aman lagi untuk bicara politik dan pergerakan nasional di Bandung sekitar tahun 1928.
Soekarno tak kehabisan akal. Dia menggelar rapat di lokalisasi alias tempat pelacuran. Inilah tempat yang paling aman.
"Aku memikirkan siasat gila-gilaan untuk membikin polisi bingung. Kami melakukan kamuflase dengan menyelenggarakan rapat di sebuah rumah pelacuran. Wah, ini luar biasa bagusnya. Tapi ini semata-mata untuk memenuhi kepentingan organisasi kami. Ke mana lagi seseorang yang diawasi harus pergi agar aman dan bebas dari kecurigaan," ujar Soekarno dalam biografi 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia' yang ditulis Cindy Adams.
BACA JUGA:Tradisi Menculik Istri Orang Untuk Diajak Nikah, Bikin Para Suami di Suku Ini Was Was
BACA JUGA:Pasar Tanah Abang Warisan dari VOC, Saksi Sejarah Perjuangan Etnis Tionghoa
Soekarno pun merekrut para pelacur untuk menjadi kader PNI. Ada 670 anggota PNI Bandung yang berprofesi sebagai pelacur. Mereka memiliki jasa yang sangat besar bagi partai dan perjuangan Soekarno.
Soekarno memerintahkan para wanita ini mencari informasi rahasia dari para polisi dan pejabat Belanda. Mereka selalu berhasil.
"Pelacur adalah mata-mata paling baik di dunia. Aku telah membuktikannya di Bandung. Kau tak dapat membayangkan betapa banyak manfaat yang bisa dilakukan para wanita ini," aku Soekarno.
Aksinya pernah ketahuan, suatu waktu Ir. Soekarno pernah dipanggil oleh Komisaris Besar Polisi, Albrechts. Dia menanyai Sukarno sebagai orang paling tahu karena mendapat info dari mata-matanya.
“Sekarang dengarlah, tuan Sukarno, kami tahu dengan pasti, bahwa tuan ada disebuah rumah pelatjuran semalam. Apakah tuan mengingkarinya?” “Tidak, tuan” jawab Sukarno kepada Komisaris.
“Saya tidak dapat berdusta kepada tuan. Tuan mengetahui saya, saya kira." Perwira polisi itu bertanya lagi lebih dalam dengan galak: “Untuk apa? Kenapa tuan pergi kesana?" “Apa maksud tuan? Bukankah saya seorang lelaki? Bukankah umur saya lebih dari 16 tahun?” Sukarno bertanya balik, tapi si perwira terus ngotot mendesak ingin tahun.
Sukarno pun berusaha pasang wajah mesum agar teryakinkan dia adalah hidung belang yang datang bercinta dan bukan rapat.
“Yaaahhh, dugaan tuan untuk apa saya ke sana? Untuk bercintaan dengan seorang perempuan, itulah alasannya," kata Sukarno.