RADARMUKOMUKO.COM - Aceh adalah salah satu daerah di Indonesia yang paling lama dan gigih melawan penjajahan Belanda. Sejak abad ke-16 hingga awal abad ke-20, rakyat Aceh tidak pernah menyerah untuk mempertahankan kemerdekaan dan kehormatan mereka.
Di tengah perjuangan yang penuh darah dan air mata itu, ada kisah cinta yang mengharukan antara dua pahlawan Aceh, yaitu Cut Nyak Dien dan Teuku Umar.
Cut Nyak Dien adalah seorang pahlawan perempuan yang berasal dari Aceh. Ia lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Aceh Besar. Ia adalah putri dari Teuku Nanta Setia, seorang bangsawan dan pemimpin perang Aceh.
Sejak kecil, ia sudah diajarkan tentang ilmu agama, seni bela diri, dan kepemimpinan oleh ayahnya, pada tahun 1862, Cut Nyak Dien menikah dengan Teuku Ibrahim Lamnga, seorang ulama dan pemimpin perang melawan Belanda, mereka memiliki tiga orang anak, yaitu Teuku Muhammad Daud, Cut Gambang, dan Cut Meutia.
Bersama dengan suami pertamanya, ia ikut bertarung melawan Belanda di garis depan. Ia tidak segan-segan mengangkat senjata dan memimpin pasukan perempuan Aceh.
Nahasnya, pada tahun 1878, Teuku Ibrahim Lamnga tewas dalam pertempuran di Gle Tarum. Cut Nyak Dien sangat berduka atas kematian suaminya, tetapi ia tidak menyerah.
BACA JUGA:6 Istri Pahlawan Nasional Yang Rela Bekorban Harta dan Kebahagiaan Demi Bantu Perjuangan Suami
BACA JUGA:La Maddukelleng, Bajak Laut Tangguh, Pahlawan Gigih Hadapi Belanda Bebaskan Sulawesi Selatan
Ia terus berjuang melawan Belanda dengan bantuan Teuku Umar, seorang pemuda yang menjadi pengawalnya Teuku Umar adalah seorang pejuang yang berani dan cerdik ia sering menyamar sebagai tentara Belanda untuk mengintip gerakan musuh.
Cut Nyak Dien dan Teuku Umar saling jatuh cinta dan menikah pada tahun 1880. Mereka menjadi pasangan suami istri yang kompak dan tangguh dalam memimpin perlawanan rakyat Aceh.
Mereka berhasil mengalahkan banyak pasukan Belanda dengan strategi dan keberanian mereka. Mereka juga membangun benteng-benteng pertahanan di berbagai daerah di Aceh.
Pada tahun 1899, Teuku Umar mendapat tawaran dari Belanda untuk menjadi panglima perang mereka dengan imbalan uang dan senjata.
Teuku Umar pura-pura menerima tawaran itu, tetapi sebenarnya ia ingin mengkhianati Belanda dan membawa lari senjata-senjata yang diberikan kepada mereka Cut Nyak Dien mendukung rencana suaminya, meskipun ia tahu itu sangat berbahaya.
BACA JUGA:3 Tokoh Melayu dari Kepulauan Riau Yang Menjadi Pahlawan Nasional, Begini Kiprahnya