RADARMUKOMUKO.COM - Harun Tohir adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang namanya kurang dikenal oleh masyarakat.
Padahal, pejuang ini memiliki peran penting dalam melaksanakan Operasi Komando Mandala, sebuah operasi rahasia yang bertujuan untuk meledakkan monumen Simbolik di Singapura pada tahun 1965.
Namun, operasi ini gagal dan Harun Tohir gugur dalam pertempuran dengan pasukan Inggris dan Singapura.
Harun Tohir lahir di Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 16 Agustus 1937. Ia merupakan anak dari seorang ulama bernama Muhammad Ali.
Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kecintaan dan kesetiaan terhadap Indonesia. Ia pernah menjadi anggota Barisan Pelopor, sebuah organisasi pemuda yang bergerak di bidang sosial dan kebudayaan.
Ia juga pernah menjadi anggota Hizbullah, sebuah organisasi militer yang dibentuk oleh Masyumi untuk melawan penjajahan Belanda.
BACA JUGA:Perlawanan Suku Melayu di Rempang Dari Dulu dan Kini Kisah Penuh Semangat Melawan Penjajah
BACA JUGA:Usut Dana BOK Rp 16 Miliar, Kejaksaan Kaur Sudah Tetapkan 4 Tersangka, Berikut Fakta Lengkapnya
Pada tahun 1957, Harun Tohir bergabung dengan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) dan mengikuti pendidikan di Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya.
Ia lulus pada tahun 1960 dan ditugaskan di Komando Pasukan Katak (Kopaska), sebuah pasukan khusus ALRI yang bergerak di bidang operasi khusus di laut.
Ia menjadi salah satu anggota Kopaska pertama yang mendapat latihan dari pasukan khusus Amerika Serikat, yaitu Underwater Demolition Team (UDT).
Pada tahun 1964-1965, ketika Indonesia sedang berkonfrontasi dengan Malaysia, Harun Tohir terpilih untuk menjadi salah satu anggota Operasi Komando Mandala, sebuah operasi rahasia yang dipimpin oleh Mayor Leonardus Benjamin Moerdani.
Operasi ini bertujuan untuk meledakkan monumen Simbolik di Singapura, yaitu patung Sir Stamford Raffles dan patung Merlion, sebagai simbol penolakan Indonesia terhadap pembentukan Federasi Malaysia.