RADARMUKOMUKO.COM - La Maddukelleng adalah Pahlawan Nasional asal Sulawesi yang berhasil membebaskan Wajo dan Sulewasi Selatan dari kekuasaan Belanda.
La Maddukelleng lahir di Wajo, Sulawesi Selatan pada tahun 1700. Ia meninggal di Sulawesi Selatan pada tahun 1765, dimakamkan di Sengkang.
Pada tanggal 6 November 1998 Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan SK Presiden RI No. 109/TK/1998 menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya.
Kisahnya, dilansir dari blogspot biografi tokoh ternama dan sumber lainnya, La Maddukkelleng hidup di lingkungan istana Arung Matowa Wajo, Wajo. Saat usia sekitar 11 tahun atau menginjak masa remaja ia diajak oleh pamannya mengikuti acara sambung ayam di kerajaan tetangganya Bone.
BACA JUGA:Perang Suku Baduy Bertempur Habis-habisan Melawan Belanda, Tanpa Mengenal Mundur
BACA JUGA:Pemicu Perang Kendondong Rakyat Cirbon, Belanda Usir Raja Kanoman dari Keraton Ke Sini
Namun pada waktu itu terjadi ketidakadilan penyelenggaraan acara tersebut, dimana orang Wajo merasa dipihak yang teraniaya, La Maddukkelleng tidak menerima hal tersebut dan terjadilah perkelahian.
Bahkan diceritakan pada usia masih 11 tahun, La Maddukelleng berhasil membunuh 11 orang karena terjadi perbedaan pendapat mengenai pesta sabung ayam yang saat itu berlangsung.
Akibat perkelahian yang terjadi, hubungan kerajaan Wajo dan kerajaan Bone menjadi kurang harmonis. Ia lalu kembali ke Wajo dalam pengejaran orang Bone, lalu lewat Dewan Ade Pitue, ia memohon izin untuk merantau mencari ilmu.
Dengan berbekal Tiga Ujung ia berhasil di negeri Pasir (Kalimantan) sampai ke Malaysia, dan merajai Selat Makassar, hingga Belanda menjulukinya dengan Bajak Laut.
La Maddukelleng memulai perjuangannya pada tahun 1715 saat membantu Daeng Parani melawan Johor yang kemudian berhasil mereka menangkan.
La Maddukkelleng menikah dengan puteri Raja Pasir, dan salah seorang puterinya kawin dengan Raja Kutai. Dia bersama pengikutnya terus menerus melawan Belanda. Pada tahun 1726, La Maddukelleng diangkat menjadi Sultan Pasir Kalimantan Timur.
Saat menjadi Sultan Pasir, ia menerima permintaan dari Arung Matowa Wajo La Salewangeng yang mengajaknya pulang ke Wajo untuk menghadapi Kerajaan Bone.
La Maddukelleng mulai membentuk pasukan dan menyiapkan persenjataan armadanya. Pasukan La Maddukelleng dibagi menjadi dua, pasukan laut yang dikomando oleh La Banna To Assa dan pasukan darat yang dikomando oleh Panglima Puanna Pabbola dan Panglima Cambang Balolo.
BACA JUGA:Sultan Syarif Kasim II, Sumbang Hartanya Untuk Indonesia dan Dicintai Ratu Belanda