Jejak Kereta Api Mak Itam di Ranah Minang Jadi Saksi Bisu Kekejaman Belanda Kepada Masyarakat Sumatera Barat

Rabu 20-09-2023,02:23 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Wetna Junita

BACA JUGA:Cerita Denny Sumargo Menenangkan Diri di Gunung Kerinci Hingga Mengalami Mati Suri?

Kereta api yang digerakkan dengan pembakaran kayu dan batubara, zaman itu, disebut kereta uap. Hasil pembakaran dari lokomotif mengepulkan asap hitam.

Asap hitam, warna cat hitam, bermuatan dan pembakaran dengan bayubara, keret api di Sumbar juga disebut kareta batubara.

Tanam paksa kopi di pedalaman Minangkabau, wilayah darek –dimulai tahun 1840– akhirnya membuat produksi kopi melimpah. Setengah abad kemudian, tahun 1891.

Kolonial Belanda terinspirasi membuka jalur kereta Api di Sumatera Barat, waktu itu bernama Minangkabau.

Belanda memulai membangun rel kereta api pertama dari Pulau Aie, Padang ke Padang Panjang, sepanjang 71 km. Selesai Juli 1891. 

Kemudian di teruskan ke Bukittinggi, sepanjang 19 km. Bulan November 1891 selesai.

Pembangunan rel kereta api tidak berhenti. Jalur Padang Panjang ke Solok, 53 km, siap Juli 1892. Dalam tahun sama Padang Panjang ke Muaro Kalaban, 56 km, selesai Oktober 1892.

Dari Solok ke Muarokalaban, 23 KM, dan jalur Padang Ke Teluk Bayur, 7km, selesai 1892.

Sementara jalur Muarokalaban ke Sawahlunto, Padang Panjang dan Bukittinggi-Payakumbuh terkoneksi tahun 1896.

Jalur kereta api pengangkut batubara dibelokkan melewati padang Panjang sehingga bertemu dengan jaringan rel dari Bukittingi.

Jalur ini sejajar dengan ruas jalan pedati yang dibuat Van Den Bosch di Lembah Anai yang berakhir di Pelabuhan Teluk Bayur..

Setelah jeda 10 tahun, kemudian dibangun pula jalur kereta api dari Lubuk Alung ke Pariaman, selesai tahun 1908.*

Artikel ini sudah terbit di HarianHaluan.com dengan judul "Kereta Api Tertua Mak Itam Sang Legendaris di Sumatera Barat, Jadi Primadona Orang Minang dari Masa ke Masa"

Kategori :