Peraturannya sederhana saja. Siapa pun yang mampu memanah sasaran dengan sempurna, ia bisa menjadi suami dari putrinya yang cantik.
Para peserta pun satu per satu mencoba menjadi yang terbaik. Setiap orang ingin menjadi pemenang. Setelah beberapa kali perlombaan, tidak ada pemenang. Karena tidak ada seorang pun yang menjadi pemenang, maka mereka mulai berdebat. Mereka mengaku sebagai yang terbaik. Argumen itu semakin panas.
Akhirnya, mereka semua berkelahi. Segera, pertempuran menjadi lebih besar. Dan bahkan seperti perang, karena semua pangeran membawa prajurit mereka dalam kompetisi memanah.
Putri Mandalika benar-benar khawatir. Dia tidak ingin perang menjadi lebih besar dan melukai banyak orang, apalagi jika terjadi di negerinya yang selama ini dikenal tentram dan damai.
Ditemani pengawal, Putri Mandalika mendaki Bukit Seger. Di atas bukit tersebut, Sang Putri berkata bahwa ia berencana untuk menerima semua lamaran.
Ia berkata melakukan hal tersebut untuk menjaga kedamaian pulau. Karena jika ia hanya menerima satu pinangan, maka akan terjadi perselisihan di antara mereka.
Raja dan semua orang di pantai tidak mengerti apa yang dia maksud. Raja kemudian mendatanginya. Tetapi sebelum dia mendekati putrinya, Putri Mandalika melompat ke laut. Dia menghilang dalam gelombang besar.
Semua tamu undangan pun kaget dan mencari sang putri ke laut, namun hasilnya sia-sia karena mereka tidak bisa menemukan sang putri. Orang-orang yang hadir hanya mampu berteriak. Semua pangeran kesulitan berenang untuk menemukan sang putri karena ombaknya terlalu tinggi.
Tidak lama kemudian terdapat banyak binatang kecil yang muncul dari laut, binatang itu adalah cacing panjang yang dikenal masyarakat setempat dengan nama nyale. Masyarakat percaya bahwa cacing laut berwarna tersebut adalah jelmaan sang Putri Mandalika.
Pengorbanan Putri Mandalika amat dikenang oleh masyarakat Lombok. Mereka menggelar upacara nyale sekitar Februari hingga Maret setiap tahun. Yaitu pada saat nyale dapat dapat ditemukan di pantai. Tradisi menangkap cacing laut pada bulan-bulan itu disebut Bau Nyale dalam bahasa setempat.
Seperti keinginan Sang Putri, Bau Nyale menyatukan seluruh warga Lombok. Mereka berkumpul di wilayah Kuta, Pantai Seger, Pantai Kaliantan hingga Pantai Tabuan untuk mencari cacing nyale.
Nama Mandalika sendiri sekarang makin terkenal dengan dibangunnya sirkuit berkualitas dunia di Lombok untuk penyelenggaraan Mandalika Moto GP yang menarik perhatian internasional.*