RADARMUKOMUKO.COM - Bernard Wilhem Lapian adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang namanya kurang dikenal oleh masyarakat.
Padahal, pejuang asal Minahasa ini memiliki peran penting dalam melawan penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia.
Ia juga merupakan salah satu pendiri Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM), sebuah organisasi gereja yang berperan dalam membangun kesadaran nasional dan sosial di kalangan masyarakat Minahasa.
Bernard Wilhem Lapian lahir di Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara, pada tanggal 10 November 1894. Ia merupakan anak dari seorang guru bernama J. Lapian dan seorang ibu bernama S. Tumbelaka ia menempuh pendidikan dasar di sekolah rakyat di Tondano, kemudian melanjutkan ke sekolah guru di Tomohon. Setelah lulus, ia menjadi guru di beberapa sekolah di Minahasa.
Pada tahun 1918, Bernard Wilhem Lapian mulai aktif dalam gerakan nasionalis Indonesia. Ia bergabung dengan Indische Partij, sebuah partai politik yang menuntut kemerdekaan Indonesia dari Belanda.
Ia juga menjadi anggota Jong Minahasa, sebuah organisasi pemuda yang bergerak di bidang sosial, budaya, dan politik. Ia sering menulis artikel-artikel kritis tentang pemerintahan kolonial Belanda di surat kabar De Zaaier dan De Ster van het Oosten.
BACA JUGA:Kejahatan Belanda Setelah Kemerdekaan Yang Diadili, Tragedi Rawagede Menyebabkan 431 Korban Jiwa
BACA JUGA:Ratna Sari Dewi Istri Jepang Presiden Soekarno Yang Penuh Lika-Liku Hingga Membuat Kehebohan
Pada tahun 1924, Bernard Wilhem Lapian mendirikan Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM) bersama dengan beberapa tokoh gereja lainnya.
KGPM adalah sebuah organisasi gereja yang berbeda dengan Gereja Protestan di Hindia Belanda (GPHB) yang didirikan oleh Belanda.
KGPM menolak campur tangan Belanda dalam urusan gereja dan mengusung semangat otonomi daerah.
KGPM juga mengajak masyarakat Minahasa untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendidikan mereka.
Pada tahun 1933, Bernard Wilhem Lapian menjadi anggota Volksraad, sebuah dewan perwakilan rakyat yang dibentuk oleh Belanda.
Di sana, ia bersama dengan tokoh-tokoh nasionalis lainnya seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir berjuang untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Indonesia, ia juga menjadi anggota Komite Nasional Indonesia (KNI), sebuah badan yang bertugas untuk membantu pemerintahan Indonesia pada masa revolusi.
BACA JUGA:Keuntungan Pinjam KUR BRI Limit Rp 40.000.000, Modal Buka Usaha Bagi Yang Baru Mulai