Ia juga berseteru dengan pedagang-pedagang Portugis yang sudah lama berada di sana. Akibatnya, ia dan awak kapalnya ditahan oleh Sultan Banten selama empat bulan.
Baru pada November 1596, mereka dibebaskan setelah membayar tebusan.
BACA JUGA:Kisah Perlawanan Suku Nias Saonigeho, Belanda Putus Asa Karena Selalu Gagal dan Dikalahkan
BACA JUGA:Pulau Banda Paling Lama Dijajah 320 Tahun, Demi Pala Belanda Habisi Penduduknya dan Dijadikan Budak
Setelah bebas dari Banten, Cornelis de Houtman melanjutkan perjalanannya ke Madura dan Bali. Di sana, ia berhasil membeli beberapa rempah-rempah dengan harga murah.
Namun, ia juga terlibat dalam konflik antara kerajaan-kerajaan setempat. Ia bahkan membantu Kerajaan Gelgel menyerang Kerajaan Blambangan di Jawa Timur.
Pada 14 Agustus 1597, Cornelis de Houtman kembali ke Belanda dengan membawa 240 kantong lada, 45 ton pala, dan 30 bal bunga pala.
Meskipun hasil dagangnya tidak seberapa dibandingkan dengan biaya perjalanan yang besar, ia tetap mendapat sambutan hangat dari rakyat Belanda.
Ia juga mendapat penghargaan dari pemerintah Belanda karena telah membuka jalur pelayaran baru ke Indonesia.
Keberhasilan Cornelis De Houtman mendorong para pedagang Belanda untuk mengirim ekspedisi-ekspedisi berikutnya ke Indonesia. Salah satu ekspedisi itu dipimpin oleh adiknya sendiri, Frederick de Houtman.
Pada tahun 1598, Cornelis de Houtman kembali ke Indonesia sebagai wakil dari Compagnie van Verre. Ia bergabung dengan armada yang terdiri dari delapan kapal yang dipimpin oleh Jacob van Neck.
Pada perjalanan keduanya ini, Cornelis de Houtman kembali berulah. Ia sering berselisih dengan Jacob van Neck dan para kapten kapal lainnya.
Ia juga berkonflik dengan raja-raja dan pedagang-pedagang di Sumatera, Jawa, dan Maluku.
BACA JUGA:Benarkah Kata Ambulans, Bioskop, Handuk, Kantor dan Sekolah Berasal dari Bahasa Belanda?
Ia bahkan terlibat dalam perang saudara di Ternate dan Tidore, dua kerajaan yang bersaing memproduksi cengkih.