Belanda juga ingin mengubah agama dan adat suku Tengger menjadi Kristen dan Barat.
BACA JUGA:Pendaftaran PPPK 2023 Segera Dibuka, Ada 2 Kriteria Ini yang Perlu Dipahami Calon Pelamar
BACA JUGA:Hanya Suku Bugis Yang Miliki 5 Gender, Bukan Saja Jenis Kelamin Pria dan Wanita
Namun, suku Tengger tidak mau menerima campur tangan Belanda dalam urusan mereka. Mereka mempertahankan agama dan adat mereka yang merupakan warisan leluhur mereka.
Suku Tengger melakukan perlawanan terhadap Belanda dengan berbagai cara.
Salah satunya adalah dengan melakukan perang gerilya di hutan-hutan dan lereng-lereng pegunungan.
Mereka menggunakan senjata tradisional seperti tombak, parang, busur, dan panah untuk menyerang pasukan Belanda. Mereka juga menggunakan ilmu gaib atau supranatural untuk mengganggu musuh.
Mereka percaya bahwa mereka memiliki kekuatan magis yang berasal dari Gunung Bromo dan Semeru, dua gunung berapi yang dianggap sebagai tempat tinggal dewa-dewa mereka.
Salah satu contoh perlawanan suku Tengger terhadap Belanda adalah Perang Bromo pada tahun 1896. Perang ini dipicu oleh kebijakan Belanda yang melarang suku Tengger melakukan ritual Upacara Kasada, yaitu upacara untuk mempersembahkan sesaji kepada dewa-dewa di kawah Gunung Bromo.
Belanda menganggap ritual ini sebagai bentuk penyembahan berhala yang bertentangan dengan ajaran Kristen.
Belanda juga ingin mengambil alih tanah-tanah milik suku Tengger untuk dijadikan perkebunan kopi.
Suku Tengger tidak terima dengan perlakuan Belanda tersebut dan melakukan perlawanan. Mereka menyerbu pos-pos Belanda di sekitar Gunung Bromo dan membunuh beberapa tentara Belanda.
Mereka juga berhasil merebut senjata-senjata milik Belanda, seperti senapan dan meriam.
Mereka kemudian menggali parit-parit di sekitar Gunung Bromo untuk menghalangi pasukan Belanda yang datang menyerang.
BACA JUGA:Kisah Cinta Prabowo dan Titiek Soeharto, Terganjal Isu Politik, Tetap Setia Walau Tak Bersama
BACA JUGA:Rahasia Cantik Alami Gadis Suku Baduy, Kulit Bersih Tanpa Noda Walau Tanpa Hiasan Mahal