Kisah Soekarno Diperiksa Polisi Karena Malam-malam Berada di Rumah Pelacur, Menjawab Dengan Wajah Mesum

Sabtu 16-09-2023,07:00 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

BACA JUGA:Kisah Meninggalnya Pelacur Kelas Atas Berwajah Blasteran, Menolak Menjadi Simpana Tentara Belanda

Pengguna jasa wanita kupu-kupu malam ini kebanyakan para polisi kolonial, dari mereka para PSK mendapatkan banyak informasi. 

Melansir dari tirto.id, selain itu, wanita tuna susila (WTS) ini juga ikut menyumbangkan uang dari keringatnya untuk kepentingan revolusi.

Tugas mereka menjadi sumber informasi mengenai musuh tak dapat digantikan oleh pihak manapun kala itu.

"Tak satu pun laki-laki anggota partai yang terhormat dan sopan itu dapat mengerjakan tugas ini untukku," ujar Soekarno yang juga menyampaikan para PSK bukan saja penyumbang yang menyenangkan, tetapi juga penyumbang yang besar dalam revolusi Indonesia. 

Dalam autobiografinya, Sukarno mengakui bahwa "pelacur adalah mata-mata yang paling baik di dunia.” 

Setidaknya mereka menurutnya lebih hebat dibanding intel melayu yang suka bawa handy talky dan berjaket hitam. 

Kepada kolega-koleganya di Partai Nasional Indonesia (PNI), Sukarno pernah mengajarkan, “Kalau menghendaki mata-mata yang jempolan, berilah aku seorang pelacur yang baik.” 

Daya tarik pelacur menjadi alat penting dalam dunia intelijen.

Hasilnya, mengagumkan menurut Sukarno, juga koleganya. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan para pelacur itu untuk membantu kaum pergerakan nasional.

BACA JUGA:5 Tokoh Nasional Yang Pernah Dipenjara Secara Tak Adil Oleh Soekarno, Bukti Politik Itu Kejam

BACA JUGA:Nasib Pilu Artis Top Era Soekarno, Pernah Megang Tahta Tertinggi Hingga Hidup Diambang Kehancuran

Paling tidak, “aku dapat menyuruh mereka menggoda polisi Belanda. Jalan apa lagi yang lebih baik supaya melalaikan orang dari kewajibannya selain mengadakan percintaan yang bernafsu dengan dia” Selain mengelabui polisi, para pelacur itu bisa juga mengorek keterangan dari polisi itu dengan daya goda birahi yang menggetarkan polisi-polisi kolonial.

 “Dan betul-betul ia memperolehnya. Polisi-polisi yang tolol ini tidak pernah mengetahui, dari mana datangnya keterangan yang kami peroleh.” Hal macam ini sulit diperoleh dari kader partainya. 

Selain mengelabui dan mengorek informasi dari aparat kolonial, mereka juga menyumbang harta. Karena mereka selalu didatangi laki-laki hidung belang yang mencicipi tubuh mereka dengan imbalan uang, mereka lebih sering punya uang dibanding anggota partai yang dipimpin Sukarno.

“Mereka menjadi penyumbang yang baik apabila memang diperlukan.” Sejarah mencatat mata-mata perempuan terbilang efektif dalam mengumpulkan data intelijen. Salah satu yang terkenal adalah Mata Hari.*

Kategori :

Terpopuler