RADARMUKOMUKO.COM - Orang dewasa dan anak-anak dengan kelainan fisik diyakini akan memberikan pengaruh jahat pada orang lain. Itulah bentuk keyakinan dalam suku terpencil di Ethiopia selatan, Suku Karo dan Hamar yang menganut kepercayaan Mingi, dulunya.
Mingi sendiri merupakan julukan bagi bayi-bayi yang terlahir tidak normal menurut mereka.
Setiap tahunnya, diperkirakan ada sekitar 300 bayi tak berdosa yang harus meregang nyawa sia-sia hanya karena dianggap Mingi.
Bayi yang menjadi korban tradisi mingi dan harus direlakan dibunuh ada beberapa kategori, diantaranya bayi yang lahir tanpa izin ketua adat.
Selanjutnya Bayi kembar, Bayi dengan cacat fisik, bayi yang gigi pertamanya tumbuh di rahang atas, termasuk anak-anak yang gigi susunya lepas dan bayi yang lahir dari ayah yang tidak berhasil melakukan tradisi lompat kerbau sebelum menikah.
BACA JUGA:Suku Penghasil Cowok Ganteng dan Juga Taat Beragama Beriman di Indonesia, Colon Suami Idaman
BACA JUGA:Jalankan Tradisi, Pria Suku Brokpa Cari Kawan Untuk Bertukar Istri, Ternyata Ini Tujuannya
Intinya, jika ketua adat sudah mengatakan seorang bayi sebagai Mingi, maka anak tersebut harus segera dibunuh.
Alasannya, mereka menganggap bahwa anak-anak yang memiliki kelainan fisik akan memberikan pengaruh jahat pada orang lain.
Tak ingin hal buruk terjadi pada warga desa, kepala suku pun memutuskan memberi perintah untuk membunuh bayi cacat tersebut tanpa pemakaman yang layak.
Sadisnya lagi, bayi itu tersebut dihabisi dengan cara yang amat kejam. Biasanya mereka membuang bayi ke sungai yang penuh buaya.
Namun ada pula yang meninggalkan nyawa polos tersebut di rawa-rawa, dan membiarkannya kelaparan hingga meninggal atau dimakan binatang buas.
Walau pemerintah Ethiopia sudah melarang tradisi Mingi, masih banyak suku-suku di Ethiopia yang tetap melakukan praktik tersebut.
BACA JUGA:Menolak Hidup Ditindas Belanda, Suku Ini Lari ke Hutan Abad ke-17 dan Hingga Kini Hidup Berbeda
BACA JUGA:Disebut Manusia Tak Bertumit, Suku Wong Alas Hingga Kini Penuh Misteri