RADARMUKOMUKO.COM - Seperti diketahui, proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945 tidak direlakan hingga tak diakui oleh Belanda. Sehingga berbagai cara dilakukan agar bisa kembali menguasai Indonesia, termasuk blokasi laut.
Belanda baru mengakui kemerdekaan Indonesia setelah serangan 1 maret 1949.
Blokade laut dimulai pada bulan November 1945, semua akses keluar-masuk perdagangan Indonesia ditutup.
Akibatnya, barang-barang dagangan milik Indonesia tidak dapat diekspor, dan Indonesia tidak dapat memperoleh barang-barang impor yang sangat dibutuhkan rakyat indonesia.
Juga tujuan Belanda melangsungkan blokade ekonomi terhadap Indonesia adalah untuk mencegah masuknya senjata dan peralatan militer ke Indonesia.
Blokade Belanda pun mempersulit hubungan Indonesia dengan dunia luar. Komunikasi dilakukan lewat kawat diplomatik dan komunikasi radio, juga berita perjuangan untuk pers luar negeri dan dalam negeri.
BACA JUGA:Mengapa Orang Indo Belanda Jarang Ditemukan di Indonesia, Ternyata Begini Kisah Kelamnya
BACA JUGA:Perjuangan Siti Manggopoh, Anak Dalam Gendongan Melawan Serdadu Belanda
Disisi lain Hiperinflasi, kondisi dimana harga-harga barang dan jasa meningkat secara drastis dan tidak terkendali, juga tengah dihadapi bangsa.
Kas negara kosong, pajak dan bea masuk sangat berkurang, sehingga pendapatan pemeritah semakin tidak sebanding dengan pengeluarannya. Penghasilan pemerintah hanya bergantung kepada produksi pertanian.
Karena dukungan petani inilah pemerintah RI masih bertahan, sekali pun keadaan ekonomi sangat buruk.
Menghadapi blokade laut ini pemerintah melakukan berbagai cara.
Diantara cara menembus blokadi laut adalah diplomasi Beras ke India. Saat itu Sutan Sjahrir sebagai perwakilan pemerintah RI merespons kelaparan di India dengan menyatakan kesediaan Indonesia untuk membantu pemerintah India.
Sjahrir menyatakan, Indonesia akan mengirimkan 500.000 ton beras.
Sebagai imbalannya, India akan mengirimkan obat-obatan dan pakaian, bahan tekstil yang sangat dibutuhkan rakyat Indonesia.