Peristiwa ini lantas membuat masyarakat memboikot dan menyerang balik Sekutu. Alhasil, pasukan Sekutu terpaksa mundur ke daerah Magelang dan mulai melawan rakyat pribumi.
BACA JUGA:8 Peristiwa Pertempuran Mempertahankan Kemerdekaan Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945
Pengejaran dan pengepungan dilakukan oleh pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di bawah pimpinan Kolonel Sudirman. Baca juga: Jenderal Sudirman, Tetap Semangat Bergerilya meski Sakit Pertempuran pun pecah selama empat hari, dari 12-15 Desember 1945 yang kemudian disebut sebagai Pertempuran Ambarawa.
Pertempuran ini diakhiri dengan kemenangan oleh pihak TKR pada 15 Desember 1945.
Pertempuran Surabaya
Pada 25 Oktober 1945, pasukan Sekutu yang dikomando oleh Brigjen AWS Mallaby tiba di Jakarta.
Tiga hari kemudian, yakni tanggal 28 Oktober 1945, terjadi pertempuran antara rakyat Surabaya yang melawan Sekutu. Peristiwa ini menewaskan Mallaby, yang kemudian memicu kemarahan Sekutu dan meminta rakyat Surabaya untuk menyerahkan diri pada 9 November 1945 sebelum pukul 18.00.
Apabila ultimatum tersebut tidak dituruti, maka Sekutu akan menyerang Surabaya keesokan harinya, pada 10 November 1945.
Rakyat Surabaya memilih untuk tidak mengindahkan ultimatum dan dengan penuh semangat melakukan perlawanan terhadap Sekutu. Oleh sebab itu, terjadilah Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
BACA JUGA:Sosok-sosok Pahlawan yang Berjasa dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia yang Jarang Dikenal
Selain beberapa perang ini, juga di tahun-tahun berikutnya terjadi berbagai perperangan, seperti Puputan Margarana Pada 20 November 1946. Pertempuran di daerah Bali yang melibatkan pasukan TKR divisi Sunda Kecil di bawah pimpinan Kolonel I Gusti Ngurah Rai dengan pasukan Belanda.
Juga Serangan Umum 1 Maret 1949, perang ini sebagai bukti kepada dunia internasional, bahwa Tentara Nasional Indonesia (TNI) masih kokoh dan kuat.
Tanggal 1 Maret 1949 pagi hari, terjadi serangan besar-besaran yang dilakukan di seluruh wilayah Divisi III/GM III, Yogyakarta.*