Dia masih terlihat gagah duduk di atas kuda Kiai Pakeling miliknya dan membunuh pasukan kompeni dengan tangannya. Bahkan, saat peluru emas ditembakkan padanya, Untung Suropati tidak mengalami luka yang serius.
Letnan Komarudin
Di balik Serangan Umum 1 Maret 1949, terdapat sebuah kisah seorang letnan yang kebal peluru. Dia adalah Letnan Komarudin. Pada salah satu serangannya terhadap Belanda, Letnan Komarudin dengan gagah berani memasuki kawasan Belanda dan menyerang mereka. Anak buahnya saat itu melihat sang letnan ditembaki banyak peluru oleh pasukan Belanda, namun hal itu tidak melukainya sama sekali.
BACA JUGA:Abdul Moeis Pahlawan Nasional Pertama, Politikus dan Wartawan Asal Minangkabau
Tidak hanya melindungi dirinya, kesaktian Letnan Komarudin juga bisa melindungi orang-orang sekitarnya dalam radius 10 meter.
Kisah itu terjadi saat dia beserta anak buahnya menghadapi sebuah sergapan di Bantul. Menghadapi sergapan itu, Letna Komarudin menyuruh anak buahnya agar tidak jauh darinya. Hingga akhirnya, tembakan yang dijatuhi oleh Belanda saat itu pun tidak mempengaruhi mereka.
Panglima Wangkang
Pahalawan dari Kalimantan Selatan di sini ada seorang pejuang Dayak bakungpay, yang di kenal sakti dan kebal senjata.
Ia adalah panglima wangkang yang memiliki gelar kiyai mas Demang bin pembakal kendat. Panglima wangkang adalah panglima Dayak berdarah Banjar yang di kenal akan peran adil nya dan cukup besar dalam perang Banjar.
Perang yang dilakukan oleh suku bakungpay ini terjadi dengan tujuan mempertahankan distrik bakingpay.
Yang kini di kenal dengan nama Barito Kuala.
BACA JUGA:7 Pahlawan Wanita Indonesia Yang Angkat Senjata di Medan Perang
Dalam catatan sejarah perang banjar ini adalah salah satu perang terlama di Indonesia. Perang ini mulai pecah sejak tahun 1859 dan baru berakhir pada 1905.
Panglima wangkang salah satu tokoh yang di anggap sebagai ancaman Belanda saat itu.
Sebab ia di kenal memiliki kebal peluru, selama berkali-kali turun perang dan menjadikannya seorang yang cukup berpengaruh.
Pada tanggal 25, November tahun 1870 ia sepakat untuk menyerang ibu kota Banjarmasin bersama pengikutnya sebanyak 500 orang.