RADARMUKOMUKO.COM - Johannes Cornelis Princen merupakan seorang tentara penjajah Belanda yang membelot dari pasukkannya dan menjadi pembela Indonesia melawan negaranya sendiri.
Awalnya, Johannes Cornelis Princen seorang kopral wajib militer dari Divisi 7 Desember. Johannes Cornelis Princen yang sejak semula sudah merasa tak sreg dengan pengiriman tentara Belanda ke Indonesia.
Namun karena terancam hukuman mati, Princen tetap dipaksa untuk ikut dalam rombongan tentara yang berangkat ke tanah Jawa.
Singkat cerita awal 1947, dia tiba di Pelabuhan Tanjung Priok dan kemudian ditempatkan di Purwakarta, Jakarta dan Bogor. Saat di Jakarta dan Bogor inilah dia melihat prilaku para serdadu yang membuatnya semakin muak dengan penindasan yang dilakukan bangsanya.
Sekira Agustus 1948, Poncke (nama panggilan akrab Princen) melarikan diri dari kesatuannya. Dia kemudian ditangkap oleh Tentara Merah (pasukan pro FDR PKI) dan dipenjarakan di Pati.
BACA JUGA:Suku Bugis, Keras, Identik dengan Perompak yang Haus Membunuh, Bikin Belanda Puyeng
Sebulan kemudian, Batalyon Kala Hitam dari Divisi Siliwangi membebaskannya dan memberikan kebebasan untuk kembali kepada pasukannya. Namun dia kukuh memilih untuk ikut Siliwangi long march ke Jawa Barat.
Selanjutnya lelaki kelahiran Den Haag pada 21 November 1925 itu tercatat aktif sebagai gerilyawan Republik yang berjuang di wilayah Cianjur-Sukabumi pada 1949.
Akibatnya, seperti dituliskan dalam otobiografinya: Kemerdekaan Memilih, militer Belanda terus memburunya dan coba menghilangkan nyawanya.
BACA JUGA:Pulau Onrust, Pulau Penuh Misteri yang di Huni Hantu Noni Belanda yang Menyeramkan dan Mengerikan
Namun selalu gagal, termasuk suatu operasi khusus yang dilakukan oleh KST (Korps Pasukan Khusus Angkatan Darat Belanda) pada 10 Agustus 1949 di Cilutung Girang, Cianjur.
Melansir dari malangtimes.com, Johannes Cornelis Princen lahir di Den Haag pada 21 November 1925. Latar belakang pendidikannya banyak menempuh sekolah agama. Karena Princen dibesarkan dalam keluarga liberal pemeluk Katolik, bahkan Dia bercita-cita menjadi pastor.
Dia menempuh pendidikan di seminari pada 1939-1943. Namun Princen tak pernah menyelesaikan studinya untuk menjadi pastor. Sebab Dia merasa sulit menghilangkan hasratnya terhadap perempuan.
BACA JUGA:Perlawanan Pattimura Menumpas Penjajah Belanda, Berakhir Karena Penghianatan