RADARMUKOMUKO.COM - Sultan Hasanuddin merupakan anak kedua dari Raja Gowa ke-15, I Manuntungi Daeng Mattola, Karaeng Lakiung yang bergelar Sultan Malikussaid dan ibunya bernama I Sabbe To'mo Lakuntu yang merupakan Putri bangsawan Laikang.
Sultan Hasanuddin terlahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe.
Setelah naik tahta sebagai sultan, beliau mendapat gelar Sultan Hasanuddin, Tumenanga Ri Balla Pangkana (yang meninggal di istananya yang indah).
BACA JUGA:Respon Agresi Militer Belanda ke-II, TNI Beri Kejutan Serangan Umum 1 Maret
Sultan Hasanudin dijuluki e Haantjes van Het Oosten oleh Belanda yang artinya Ayam Jantan/Jago dari Benua Timur, karena keberaniannya melawan penjajah Belanda.
Sejak kecil Sultan Hasanuddin sudah memperlihatkan jiwa kepemimpinan sebagai seorang pemimpin masa depan. Kecerdasan dan kerajinan beliau dalam belajar sangat menonjol dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain.
Pendidikannya di Pusat Pendidikan dan Pengajaran Islam di Mesjid Bontoala membentuk Hasanuddin menjadi pemuda yang beragama, rendah hati, jujur dan memiliki semangat perjuangan.
BACA JUGA:Perlawanan Pattimura Menumpas Penjajah Belanda, Berakhir Karena Penghianatan
Selain itu, Hasanuddin pandai bergaul. Tidak hanya dalam lingkungan bangsawan istana dan rakyatnya, tetapi meluas kepada orang asing seperti orang melayu, portugis dan inggris yang pada saat itu banyak berkunjung ke Makassar untuk berdagang.
I Mallombasi Daeng Mattawang dinobatkan menjadi Raja Gowa ke-16 dengan gelar Sultan Hasanuddin pada bulan Nopember 1653 menggantikan ayahnya pada saat beliau berusia 22 tahun.
Sultan Hasanuddin bukanlah putra mahkota yang mutlak menjadi pewaris kerajaan, dikarenakan derajat kebangsawanan ibunya lebih rendah dari ayahnya.
Sultan Hasanuddin diangkat menjadi raja karena pesan dari ayahnya sebelum wafat. Wasiat dari Raja kepada Sultan Hasanuddin disetujui oleh Mangkubumi Kerajaan Karaeng Pattingaloang.
BACA JUGA:Sejarah Perlawanan Panjang Rakyat Lebak Terhadap Penjajah Belanda
Sultan Hasanuddin melanjutkan perjuangan ayahandanya melawan VOC yang menjalankan monopoli perdagangannya di Indonesia bagian timur. VOC menganggap orang - orang Makasar dan Kerajaan Gowa sebagai penghalang dan saingan berat. Bahkan VOC menganggap sebagai musuh yang sangat berbahaya.
Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa ketika Belanda sedang berusaha menguasai hasil rempah-rempah dan memonopoli hasil perdagangan wilayah timur Indonesia. Salah satu caranya adalah melarang orang Makasar berdagang dengan musuh-musuh Belanda seperti Portugis dsb.