Di Desa Aliyan, seluruh ritual masih dilakukan sesuai dengan aturan adat, sedangkan di Desa Alasmalang, ritual ini lebih bersifat imitasi yang ditujukan untuk pariwisata.
BACA JUGA:Destinasi Wisata Lampung Yang Wajib Dikunjungi Pemandangannya Indah, Mempesona Cocok Buat Anak Muda
Prosesi tradisi kebo-keboan dimulai dengan pembuatan kostum kerbau dari bahan-bahan alami seperti daun pisang, jerami, kulit pohon, dan lain-lain.
Para peserta yang akan menjadi kebo dipilih secara khusus berdasarkan kriteria tertentu, seperti usia, jenis kelamin, dan status perkawinan.
Mereka harus menjalani ritual persiapan sebelum upacara, seperti mandi bersih dan puasa.
Pada hari pelaksanaan, para peserta berkumpul di balai desa untuk menerima berkat dari sesepuh desa.
Kemudian mereka berbaris menuju lokasi upacara sambil membawa hasil tanaman palawija seperti jagung, kacang-kacangan, dan ubi.
Di lokasi upacara, mereka akan melakukan atraksi lari-larian sambil mengejar dan menakut-nakuti warga yang menyaksikan.
Warga yang ditangkap oleh para kebo harus memberikan sesuatu sebagai tebusan, seperti uang atau makanan.
Setelah itu, para kebo akan kembali ke balai desa untuk mengakhiri upacara dengan makan bersama.
Tradisi kebo-keboan merupakan salah satu warisan budaya yang patut dilestarikan dan diapresiasi. Tradisi ini menggambarkan nilai-nilai luhur suku Osing, seperti rasa syukur, gotong royong, dan kreativitas. Selain itu, tradisi ini juga memberikan hiburan dan edukasi bagi masyarakat luas tentang keberagaman budaya Indonesia.
Artikel ini dilansir dari berbagai sumber : www.liputan6.com dan kumparan.com