BACA JUGA:Suku Paling Tua, Satu Suku Hilang Misterius Hingga Miliki Penduduk Terbanyak di Indonesia
3. Nyapun atau nyapun-nyapun:
Tahap pengantaran tulang-belulang dari rumah menuju sandung dengan diiringi musik tradisional seperti gong dan tifa. Tulang-belulang diletakkan di dalam peti kecil yang disebut sapundu.
4. Nyambut atau nyambut-nyambut:
Tahap penyambutan roh orang yang telah meninggal oleh roh leluhur di sandung. Tahap ini ditandai dengan pengurbanan hewan seperti kerbau, babi, atau ayam dengan cara ditombak. Darah hewan kurban kemudian dioleskan pada sapundu sebagai tanda pengorbanan.
5. Nyaru atau nyaru-nyaru:
Tahap penyerahan tulang-belulang kepada roh leluhur di sandung. Tulang-belulang dimasukkan ke dalam lubang di sandung dan ditutup dengan papan.
Sapundu kemudian diletakkan di depan sandung sebagai tanda penghormatan.
6. Nyau atau nyau-nyau:
Tahap perayaan akhir upacara tiwah dengan mengadakan pesta bersama seluruh peserta upacara. Pesta ini meliputi makan bersama, minum tuak (minuman tradisional dari fermentasi nira aren), menari, bernyanyi, dan bermain permainan tradisional.
BACA JUGA:Tradisi Unik Ma'nene Suku Toraja, Menghormati Jenazah Diajak Berjalan Berpoto Bahkan Merokok
Makna Tradisi Tiwah
Tradisi tiwah memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Dayak Ngaju dan sub-suku Dayak lainnya yang menganut agama Kaharingan. Beberapa makna tersebut adalah:
- Mengantarkan roh orang yang telah meninggal dunia menuju dunia kekal abadi yaitu Lewu Tatau, tempat asal manusia dan tempat mencapai kesempurnaan.
- Menghormati leluhur dan menjaga hubungan baik antara manusia, alam, dan dewata.
- Membuang sial dan membersihkan diri dari dosa-dosa orang yang telah meninggal dunia.