Perang Puputan Margarana, Pertempuran Sampai Titik Darah Terakhir Melawan Belanda

Kamis 03-08-2023,15:23 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

RADARMUKOMUKO.COM - Salah satu perang kemerdekaan Indonesia yang cukup sengit terjadi di Desa Marga, Kecamatan Margarana, Tabanan, Bali. Pertempuran Puputan Margarana merupakan perang antara Indonesia dan Belanda dalam masa Perang kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 20 November 1946. 

Pertempuran yang dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil Letnan Kolonel Inf. I Gusti Ngurah Rai ini merupakan perang perlawanan rakyat yang cukup sengit dalam mengusi Belanda.

BACA JUGA:Sejarah Perang Kemang atau Belasting, Perlawanan Rakyat Sumatera Barat

Perang puputan artinya adalah berperang habis - habisan sampai pada titik darah terakhir atau penghabisan.

Dalam ajaran agama Hindu, kata puputan sendiri mengandung makna moral, karena kematian seorang prajurit dalam kondisi berperang adalah sebuah kehormatan bagi keluarganya.

Perang ini mengakibatkan gugurnya seluruh pasukan termasuk I Gusti Ngurah Rai yang kemudian dikenang sebagai salah-satu Puputan pada era awal kemerdekaan serta mengakibatkan Belanda sukses mendirikan Negara Indonesia Timur.

Seperti diketahui, setelah kelakalahan Jepang dalam perang, Belanda kembali ke Indonesia yang sudah merdeka. 

Hadirnya pasukan Belanda di Pulau Dewata tentu saja ditentang oleh kaum pejuang republik dan rakyat Bali. Mulai terjadilah pertempuran-pertempuran kecil antara para pejuang Bali dengan Belanda. 

BACA JUGA:Sejarah Konflik Bersenjata Indonesia dengan Malaysia, Menyebabkan Perang Dingin di Asia

NICA mengajak berundingan melalui surat melalui surat dari Letnan Kolonel J.B.T Konig kepada I Gusti Ngurah Rai selaku Kepala Divisi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) untuk wilayah Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara) dan sekitarnya. 

I Gusti Ngurah Rai dengan tegas menolak perundingan tersebut. Ia menegaskan, selama Belanda masih menginjakkan kaki di Bali, perlawanan pejuang dan rakyat akan terus dilakukan.

Sudarmanto dalam buku Jejak-jejak Pahlawan (2007) menyebutkan, I Ngurah Rai membentuk Batalyon Ciung Wanara untuk menghadapi Belanda di Bali. 

Tak hanya itu, dibentuk pula basis-basis perjuangan di banyak desa di Bali. Perjuangan pasukan Ciung Wanara pimpinan I Gusti Ngurah Rai mendapatkan dukungan penuh dari rakyat. Hal tersebut diketahui dari penelitian "Peranan Masyarakat dalam Perang Kemerdekaan: Studi Kasus Desa Marga dalam Peristiwa Puputan Margarana 20 November 1946 pada Masa Revolusi di Bali" karya Dewa Made Alit. 

Disebutkan, beberapa desa di Bali yang menjadi basis perjuangan antara lain: Desa Marga, Desa Kelaci, Desa Tegaljadi, Desa Selanbawak, Desa Banjar Adeng, Desa Banjar Ole, Desa Banjar Bedugul, Desa Banjar Kelaci, dan lainnya. 

BACA JUGA:Ini Penyebab Perang Diponegoro, Penindasan dan Perusakan Moral Bangsa Oleh Belanda

Kategori :