Kisah Tentara Belanda Yang Membelot dan Berjuang Membela Indonesia

Rabu 02-08-2023,07:00 WIB
Reporter : Tim Redaksi RM
Editor : Amris

Lantas Dia mencari akal untuk kabur. Akhirnya Princen pergi ke Sukabumi dan berhasil menyebrang garis batas wilayah kependudukan Belanda. Dia bahkan berhasil masuk ke Yogyakarta melalui Semarang. 

Saat itu, Yogyakarta adalah ibu kota sekaligus pusat politik dan militer Indonesia yang tengah berjuang mempertahankan kemerdekaan. Awalnya Princen ditangkap oleh militer Indonesia dan dijadikan tawanan. 

Namun usai Agresi Militer II Belanda pada 1948, Dia dibebaskan sebagai tawanan. 

Saat tentara Belanda menyerang Yogyakarta, Princen sudah membela Indonesia dengan masuk ke Divisi Siliwangi, dibawah komando Kemal Idris. 

BACA JUGA:Peristiwa Bandung Lautan Api, Pengorbanan Melawan Penjajah

Saat mulai masuk ke divisi Siliwangi, Princen jatuh cinta dengan penduduk Indonesia, bernama Odah lalu menikahinya. 

Lantas Kemal Idris pun menunjuk Princen sebagai komandan Pasukan Istimewa, yang bertugas melakukan penyergapan dan pengeboman terhadap pasukan Belanda. Tujuannya adalah merebut persenjataan.

Karena kerap membela Indonesia, keberadaan Princen diketahui oleh militer Belanda. Pasukan Belanda pun ditugaskan untuk membunuh Princen. Namun Princen berhasil melarikan diri, namun istrinya yang tengah mengandung 2 bulan terbunuh. 

Setelah Agresi Militer II tersebut, sejarah telah mencatat Belanda mengakui kedaulatan Indonesia. Princen bahkan memilih menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) dan menjadi mualaf.

Dia bahkan ingin menjadi bagian dari masyarakat Indonesia sepenuhnya dengan menjadi muslim. Tak lama kemudian, Princen menunaikan ibadah haji. 

BACA JUGA:Sejarah dan Alasan Penyerbuan Batavia, Semangat Pantang Menyerah

Berbagai penghargaan sebagai tokoh pahlawan pun diberikan kepada Princen. Dia bahkan bersikap kritis terhadap pemerintahan Soekarno saat itu. Hingga pada 1966, Princen aktif di lembaga Hak Asasi Manusia (HAM). 

Sejak saat itu, Princen dikenal menyuarakan HAM. Dia kerap keluar masuk bui karena dinilai mengkritisi pemerintah. Baik zaman pemerintahan Soekarno maupun Soeharto. 

Lantaran aktivitas politiknya itu, kehidupan rumah tangga Princen berantakan. Princen bercerai dengan Heda, istri keduanya. Lalu, dia menikah dengan perempuan Belanda, Janneke Marckmann. 

Tetapi, istri ketiganya itu memutuskan kembali ke Belanda dan meninggalkan tiga anak mereka di Indonesia. Pada Februari 2002, Princen meninggal dunia pada usia 76 tahun di Jakarta, dan dimakamkan di pemakaman Pondok Kelapa.*

Kategori :