RADARMUKOMUKO.COM - Perang rakyat Indonesia melawan penjajah tidak terhitung jumlahnya, bayangkan Indonesia dijajah hingga 350 tahun lamanya. Dalam kurun waktu tersebut, silih berganti generasi dan setiap generasi angkat senjata melawan penjajah, hingga akhirnya Indonesia menjadi negara merdeka seperti yang kita nikmati saat ini.
Sebagian pertempuran atau perang yang pernah terjadi cukup akrab di telinga, namun ada begitu banyak perperangan yang mungkin bagi sebagian orang jarang diketahui sejarahnya.
BACA JUGA:Mengenang Pertempuran Bojong Kokosan, Pemicu Peristiwa Bandung Lautan Api
Sebagai anak bangsa Indonesia, kita tidak boleh melupakan sejaran, karena tidak sedikit nyawa yang melayang untuk merebut kemerdekaan dari kaum penjajah yang menindas dan menguras kekayaan negeri.
Salah satu peristiwa perang yang cukup heroik dan patriotik adalah Perang Belasting, yaitu merupakan perlawanan Rakyat Sumatera Barat pada 15-16 Juni 1908.
Pertempuran Belasting memakan banyak korban jiwa, baik dari rakyat Sumatera Barat maupun tentara kolonial. Disebut sebagai Perang Belasting, karena belasting berarti pajak.
BACA JUGA:Peristiwa Bandung Lautan Api, Pengorbanan Melawan Penjajah
Sejarah perang ini berawal dari kebijakan pemerintah Belanda yang awalnya melaksanakan sistem tanam paksa kopi, agar pedagang kopi bisa dikuasainya.
Namun pada tanggal 1 Maret 1908, Belanda mengganti sistem tanam paksa dengan belasting (pajak).
Selain menaikkan pajak, Belanda juga menerapkan pajak baru bagi rakyat Sumatera Barat, yaitu pajak kepala, pemasukan barang, rodi, tanah, keuntungan, rumah tangga, penyembelihan, tembakau, dan pajak rumah adat.
Kebijakan itulah yang memicu terjadinya pergolakan dari rakyat Sumatera Barat terhadap Belanda, yang disebut Perang Belasting.
BACA JUGA:Peristiwa Bandung Lautan Api, Pengorbanan Melawan Penjajah
Menyikapi peraturan baru terkait pajak, rakyat Sumatera Barat menggelar rapat secara sembunyi-sembunyi untuk merencanakan perlawanan.
Sayangnya, rencana perlawanan itu didengar oleh pihak Belanda. Alhasil, pada 22 Maret 1908, para penghulu andiko (datuak kampuang Sumatera Barat) ditangkap oleh Belanda dan dijebloskan ke penjara.
Mengetahui hal itu, rakyat Sumatera Barat semakin marah dan melancarkan aksi protes besar. Puncaknya terjadi pada 15-16 Juni 1908, di mana rakyat di daerah Kamang, Sumatera Barat, melakukan perlawanan. Dengan berbekal senjata seadanya, ribuan rakyat Kamang berusaha melawan tentara Belanda dengan sekuat mungkin.