RADARMUKOMUKO.COM - Umumnya tradisi masing-masing suku dan daerah sangat unik, menarik dan ini sudah menjadi ciri khas bangsa.
Namun selain unik dan menarik, juga praktek tradisi suku pada masa lalu ada yang bikin merinding.
Walau praktek suku yang terbilang luar biasa ini sudah ditinggalkan oleh masyarakatnya, namun sejarah tetap terus dikenang.
Berikut ini, dirangkum dari berbagai sumber, inilah tradisi yang terkesan seram dan bikin merinding di Indonesia:
1. Tradisi Memotong Jari dari Suku Dani Papua
Suku Dani adalah salah satu suku di bagian timur Indonesia yang mempunyai tradisi cukup mengerikan. Jika ada anggota keluarga yang meninggal dunia, suku ini akan memotong jari mereka sebagai bentuk rasa duka dan sebagai upaya untuk mencegah malapetaka tidak terjadi kembali dalam keluarga yang berduka.
Menurut kepercayaan suku Dani, jari mempunyai arti yang cukup merinding. Mereka menganggap bahwa jari tangan adalah simbol dari kerukunan, ketekunan, dan kesatuan manusia dalam bekerja.
BACA JUGA:6 Tradisi Nyeleneh Suku Eskimo, Titip Istri ke Teman Hingga Poligami
Itulah mengapa, jari menjadi bagian tubuh yang sesuai untuk menggambarkan kehilangan dalam kesatuan keluarga. Alat yang biasa dipakai untuk memotong jari umumnya memakai kapak atau parang, ada juga yang menggigit ruas jari sampai putus.
Saat ini, suku Dani sudah mulai meninggalkan ritual tersebut karena masyarakatnya sudah mulai mengenal Tuhan dan agama. Saat ini, hanya tinggal sejumlah orang yang jarinya terpotong karena melakukan tradisi tersebut di masa lalu.
2. Tradisi Ma’Nene, Suku Toraja Sulawesi
Suku Toraja dikenal dengan tradisinya yang beragam, salah satunya yaitu penghormatan kepada leluhur. Tradisi yang dinamakan Ma’Nene ini merupakan tradisi membersihkan jenazah yang telah lama meninggal puluhan bahkan ratusan tahun yang sudah berbentuk mumi.
Masyarakat Suku Toraja akan membersihkan jasad leluhur mereka dan menggantikan baju jenazah yang telah usang dengan baju yang baru dan bersih.
Tradisi Ma’Nene diikuti juga dengan tradisi mayat berjalan, mereka melakukan tradisi ini setiap tiga tahun sekali serentak dengan warga desa lain. Prosesi Ma’Nene bisa memakan waktu sampai satu minggu.
Tradisi ini dilakukan pada bulan Agustus yaitu setelah musim panen. Masyarakat percaya bahwa tradisi ini tidak boleh dilakukan sebelum masa panen karena dianggap bisa membawa sial hasil panen seperti sawah dan ladang yang mengalami kerusakan.