Bahkan, sangking yakinnya kapten Kapal Titanic pada saat itu yaitu Kapten Edward mengakui akan ketangguhan kapal Titanic.
“Saya tidak bisa membayangkan kondisi apapun yang akan menyebabkan sebuah kapal tenggelam. Saya tidak dapat membayangkan bencana sekecil apapun yang terjadi pada kapal ini. Pembuatan kapal modern telah melampaui keresahan itu,” kata kapten Edward.
Namun naas tetap terjadi, Kapal Titanic yang seharusnya diciptakan sebagai simbol inovasi teknologi manusia pada saat itu terpaksa tenggelam.
Kejadian tersebut tentunya membuat orang-orang terkejut dan mengakibatkan timbulnya trauma baik para penumpang maupun masyarakat dunia.
Alih-alih menjadi kapal teraman pada saat itu, kapal tersebut malah menabrak gunung es di Perairan dingin Atlantik utara lalu tenggelam.
Terdapat sekitar lebih dari 1500 nyawa melayang di lautan yang dingin dan tidak ada satupun orang yang menduga bahwa kapal yang mewah dan modern saat itu menjadi bencana maritim mematikan di abad 20.
Inilah mitos keangkuhan manusia sering dikaitkan pada kesalahan mencolok dalam kesediaan Sekoci pada kapal Titanic.
Kapal yang saat itu memiliki kapasitas untuk mengakut lebih dari 3500 orang, namun persiapan armada Sekoci hanya untuk 33% dari penumpangnya.
Banyak yang berpendapat bahwa, kurangnya jumlah sekoci yang dibawa Titanic pada saat itu memang ada unsur disengaja karena keangkuhan merasa kapal tetanic tidak bisa tenggelam.
Hal tersebut karena, mereka merasa bahwa tektanik merupakan kapal yang aman dan tidak akan dapat tenggelam.
Akhirnya mereka pun berpikir untuk tidak membawa banyak sekoci karena sudah pasti tidak akan digunakan.
BACA JUGA:Lokasi Titanic Bisa Jadi Daratan? Berikut IPCC Memprediksi Permukaan Laut Global Tahun 2100
Selain itu, terdapat dugaan lain bahwa kru kapal saat itu tidak menggubris peringatan dini adanya Gunung es.
Kapal yang melaju dengan kecepatan tinggi tersebut seolah-olah siap untuk menghantam Gunung Es di hadapannya karena yakin bahwa kapal tersebut tidak akan tenggelam meski ada bencana besar yang menghadang mereka.*