Gunung Es tersebut melakukan perjalanan dari utara menuju ke selatan memghabiskan waktu musim panas untuk menjauh dari kutub utara.
Sebagian besar gunung es akan mencair dalam beberapa tahun setelah mereka mengambang di laut.
Namun, hanya ada sekitar 1 persen dari Gunung es yang mampu bertahan di zona gurun di laut lepas (daerah laut tropis).
Gunung Es yang ditabrak oleh Titanic kemungkinan merupakan gunung es yang termasuk dalam golongan 1 persen tersebut.
Gunung es tersebut tetap ada bahkan setelah bertahun-tahun tragedi na’as yang menenggelamkan lebih dari 1500 orang tersebut.
Namun, setelah memasuki tahun ketiga, massa Dari es tersebut kemungkinan berkurang dan hanya memiliki waktu satu minggu untuk dapat bertahan.
Gunung es tersebut, akan menjadi semakin kecil semakin kecil saat mengarungi air yang lebih hangat.
Gunung es tersebut diperkirakan mencair dari bawah sehingga membuat gunung es tersebut semakin berat di bagian atas permukaan dan akhirnya terbalik.
Selain itu, gunung es juga mengalami sejumlah erosi yang dapat menyebabkan berkurangnya massa dari Gunung tersebut.
Sehingga, gunung es yang awalnya terlihat besar dan mengerikan lambatlaun akan menjadi kecil syukuran bola basket dan perlahan menghilang.*
Artikel ini telah terbit di National Geographic Indonesia dengan judul “Mengulik Nasib Gunung Es yang Ditabrak Titanic di Samudera Atlantik”