Walking Marriage berarti pernikahan berjalan. Artinya, masyarakat Suku Mosuo bebas memilih pasangan seksual, tanpa perlu adanya ikatan pernikahan.
Wanita yang sudah mengalami menstruasi berhak memilih dan berganti-ganti pasangan. Sang wanita hanya tinggal menunggu pria yang ingin ‘melamar’nya di kamar.
BACA JUGA:Belum Banyak yang Tahu Beginilah Cara Menghilangkan Kutu Beras dengan Mudah, Cuma dengan 1 Bahan
Laki-laki yang datang ke kamar tetap menunggu putusan dari wanita, diterima untuk tidur dan melakukan hubungan intim atau tidak. Jika wanita memandang tidak cocok, maka dia boleh mengganti dengan lelaki lain, semaunya.
Prosesnya cukup unik karena sang pria harus masuk lewat jendela atau pintu belakang. Agar tak ada pria lain yang masuk, biasanya pasangan tersebut menggantungkan topinya di jendela.
Budaya ini bisa dilakukan semata-mata jika wanita tersebut sudah dianggap dewasa secara seksual. Setelah dinyatakan dewasa, wanita itu bebas 'mengundang' pria manapun untuk bersetubuh.
BACA JUGA:Suku Huaorani, Manusia Tarzan Paling Ditakuti, Tanpa Busana dan Tangguh Berperang
Biasanya dalam mencari pasangan, ada acara petukaran, anak laki-laki dan perempuan Mosuo akan menari bersama, setiap gadis dapat memilih anak laki-laki untuk bersenag-senang denganya.
Jika pria itu menyukainya dulu, dia akan menyentuh tangan gadis itu untuk mengajaknya berdansa.
Jika gadis itu juga punya perasaan, dia akan menerima undangan itu dengan menyentuh tangan anak laki-laki itu lagi.
Setiap malam anak-anak Mosuo akan naik ke rumah gadis yang disukainya untuk masuk ke kamar tidurnya sampai pagi.
BACA JUGA:Suku Wong Alas, Manusia Tak Bertumit dan Penuh Misteri
Mereka akan bersama sepanjang malam, namun harus pergi sebelum pagi.
Jika anak perempuan itu hamil, ia akan menghabiskan sisa hidupnya di rumah ibu, kadang-kadang tanpa mengetahui siapa ayahnya.
Namun kabarnya, sekarang sudah ada wanita yang memilih hidup bersama dengan hanya satu lelaki saja.*