RADARMUKOMUKO.COM – Kapal Titanic tenggelam setelah diduga menabrak Gunung es pada hari na’as itu, tepatnya pada tanggal 15 Maret 1912.
Insiden terkelam sepanjang masa dunia pelayaran ini meninggalkan banyak sekali kisah haru dan pilu yang hingga saat ini masih hangat dibicarakan.
Meski tragedi kapal Titanic terbilang sebagai tragedi yang sangat mengerikan, ternyata terdapat sebuah fenomena yang ikut menjadi saksi tenggelamnya kapal legendaris tersbeut.
Fenomena tersebut adalah fenomena alam Aurora borealis yang terlihat di atas Kapal Titanic saat kapal tersebut mulai dibanjiri air.
BACA JUGA:Suku Limakawatina Mengasingkan Diri, Hindari Pajak dan Kerja Paksa
Hal ini beradasarkan pada penglihatan dari seorang perwira dari kapal penyelamat Titanic, RMS Carpathia, James Bisset.
Bisset mengatakan bahwa saat kejadian itu terjadi, tiada bulan yang terlihat namun terdapat sebuah fenomena Aurora Borealis yang terlihat begitu memukau.
“Kondisi visibilitas atmosfer yang aneh semakin meningkat sa’at kami mendekati hamparan ES dengan sinergi jawaban dari Aurora Borealis yang berkilauan,” kata Bisset.
BACA JUGA:Ajukan Pinjaman Rp 50.000.000 di BSI Mitraguna Bisa dari Rumah
Para ilmuwan kemudian berfikir bahwa fenomena tersebut mungkin saja terjadi karena adanya kekuatan lain yang berperan dalam hancurnya kapal.
Aurora sendiri dapat muncul ketika partikel bermuatan listrik dari Matahari menyapu Bumi. Medan magnet bumi menyalurkan partikel-partikel tersebut ke kutub lalu berinteraksi dengan gas di atmosfer untuk menciptakan Aurora.
Seorang ilmuwan cuaca independen, Mila Zinkova mengatakan bahwa adanya aura pada malam hari saat Titanic tenggelam bisa jadi berasal dari adanya episode aktivitas matahari yang cukup intens, yaitu badai geomagnetik.
Badai sejenis itu dapat mengganggu teknologi magnet dan kelistrikan di bumi sehingga mungkin saja badai matahari telah mengguncang Kompas atau mengarahkan teknik menuju kehancuran.
BACA JUGA:Ayah Bunda Ingat! Jangan Katakan Empat Kalimat Ini Dapat Merusak Psikis dan Karakter Pada Anak
Meski begitu, seorang pakar lain berpendapat bahwa teori tersebut sangat mustahil. Meski terdapat sejumlah kemungkinan bahwa cuaca luar angkasa menjadi penghambat upaya untuk menyelamatkan penumpang di kapal, namun teori tersebut tidak bisa di benarkan.