Orang Desa Talang Mamak menyatakan diri sebagai keturunan dari “Datuk Patih Nan Sebatang” yang datang dari daerah Minang Kabau melalui batang (sungai) Kuantan dengan mitos “Rakit Kulim”.
Suku Sakai
Suku ini dikenal dengan kehidupannya yang nomaden dan bergantung pada hasil hutan. Hidup dengan bertani dan berladang.
Konon katanya, Suku Sakai merupakan keturunan Minangkabau yang melakukan migrasi ke tepi Sungai Gasib, di hulu Sungai Rokan, pada abad 14.
Suku Sakai disebut-sebut punya kedekatan dengan Suku Ocu, orang Kuantan dan orang Indragiri, karena sama-sama berasal dari Pagaruyung. Telah bermigrasi ke daratan Riau, sejak berabad-abad lalu.
BACA JUGA:Fakta Menarik Suku Mouso, Dibawah Kekuasaan Wanita Sepenuhnya
Suku Sakai, bermukim di daerah sekitar Kabupaten Bengkalis. Seperti Kandis, Balai Pungut, Kota Kapur, Minas, Duri, dan beberapa wilayah lainnya.
Asal kata “Sakai” sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan kata Sakai tersebut berasal dari nama pohon yang banyak tumbuh di Kecamatan Mandau, yaitu pohon “Sikai”. Informasi lainnya mengatakan kata Sakai itu adalah dari Sungai, yaitu sungai Sikai.
Menurut keterangan para tetua Sakai, nama Sakai baru ada sejak zaman penjajahan Jepang. Sebelum itu Suku Sakai dikenal dengan nama ”Uang Daek” (orang darat) atau suku ”Pebatin”.
Suku Hutan
Suku Hutan adalah salah satu kelompok masyarakat asli di Provinsi Riau.
Daerah persebaran mereka terutama berpusat di beberapa daerah di Kabupaten Bengkalis dan Kabupaten Kampar.
Suku Hutan disebut merupakan pecahan kelompok Melayu dari rakyat Kerajaan Gasib.
BACA JUGA:Suku Bodi, Pria Ganteng Gemuk dan Perut Buncit, Meminum Darah Sapi
Gasib yang mundur karena serangan Aceh, kemudian digantikan Kerajaan Siak di tahun 1723.
Konon tersingkirnya Gasib oleh Siak, menjadi awal pengasingan Suku Hutan ke daerah pedalaman. Sebab menghindari ajaran Islam yang luar biasa kuat di Kerajaan Siak.