Tradisi yang sudah terselenggarakan sejak ratusan tahun yang lalu ini identik dengan makan-makan bersama dengan menu daging sapi atau kerbau yang diolah dalam berbagai jenis masakan.
Sejarah tradisi Meugang bermula pada masa kerajaan Aceh yang memotong hewan dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat. Hingga saat ini, untuk menyambut hari-hari besar Islam, masyarakat Aceh tetap melestarikan tradisi Meugang.
Tradisi Grebeg Gunungan
Grebeg Gunungan adalah tradisi masyarakat Yogyakarta saat Idul Adha, di mana warga muslim Yogyakarta akan membawa arak-arakan hasil bumi dari halaman Keraton hingga Masjid Gede Kauman.
BACA JUGA:Tradisi Suku Polahi, Boleh Kawin dengan Saudara Bahkan Orang Tua, Tidak Mau Dijajah
Arak-arakan hasil bumi ini terdiri dari gunungan berjumlah 3 buah, yang tersusun dari rangkaian sayuran dan buah. Masyarakat Yogyakarta meyakini, siapa saja yang berhasil meraih hasil bumi yang disusun dalam gunungan, maka mereka akan menerima keberkahan rezeki.
Gunungan juga diselenggarakan pada saat hari raya Idul Fitri tradisi, yang dinamakan sengan nama Grebeg Syawal.
Accera Kalompoang di Gowa
Menjelang Idul Adha, masyarakat di Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan memiliki tradisi yang diberi nama Accera Kalompoang.
BACA JUGA:Tradisi Suku Polahi, Boleh Kawin dengan Saudara Bahkan Orang Tua, Tidak Mau Dijajah
Accera Kalompoang ritual pencucian benda-benda peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan dengan rapi di Istana Balla Lompoa.
Tradisi ini bahkan sudah berlangsung sejak pemerintahan Raja Gowa, Sultan Alauddin.
Apitan
Tradisi apitan dilakukan masyarakat di sejumlah daerah di Jawa Tengah, seperti Grobogan, Semarang, sebagai wujud rasa syukur atas rezeki yang dikaruniakan oleh Allah. Rezeki tersebut berupa hasil bumi.
Tradisi ini dipercaya kebiasaan para Wali Songo sebagai ungkapan rasa syukur pada Iduladha. Tradisi ini juga diisi dengan pembacaan doa oleh tokoh agama setempat dan hasil pertanian serta ternak diarak berkeliling oleh masyarakat.
Tradisi Manten Sapi