Jika lelaki tersebut tidak disukainya, maka jarang terjadi hubungan antar jenis, walau mereka dalam gubuk cinta yang disediakan.
Dilansir dari kumparan.com keputusan hubungan dan apa yang akan mereka lakukan saat kencan ditentukan oleh perempuan. Apakah hanya sekadar bercengkrama atau berhubungan.
BACA JUGA:Lima Suku Penghasil Cowok Ganteng, Tiga Dari Sumatera, Banyak Yang Jadi Artis
Karena wilayah kekuasaan 'pondok cinta' milik sang gadis, mereka diizinkan mengundang siapa pun untuk datang ke gubuk yang mereka tinggali.
Bahkan, para perempuan itu boleh memiliki lebih dari satu kekasih saja, selama masa periode seleksi mencari pasangan hidup.
Sebagai tamu, para pria tidak diperbolehkan agresif. Sebab, para pria Kreung telah diajarkan untuk memperlakukan para wanita dengan sopan dan terhormat.
Jika mereka melanggar aturan ini, maka akan ada sanksi adat yang harus diterima.
Bagi Suku Kreung, kata 'perawan' atau 'pelacur' bukan menjadi hal yang dianggap penting.
BACA JUGA:Suku Zulu, Wajib Tes Keperawanan Gunakan Buluh, Jika Gagal akan Terancam
Karena dalam masyarakat Kreung, keperawanan perempuan bukan suatu hal yang penting.
Yang terpenting adalah menemukan orang tepat untuk dijadikan teman hidup hingga membentuk keluarga.
Meski cara tradisional ini dianggap bertentangan dengan adat timur yang dilakukan masyarakat Indonesia, ada hal positif dari cara ini. Kabarnya, dalam Suku Kreung tidak pernah terjadi kekerasan seksual, seperti pemerkosaan ataupun perceraian.*