Maka berakitlah sang putri menelusuri sungai. Sungai ini berasal dari dua bukit yang satu itu bukit Tapus yang sungainya bermuara di muara Ketahun dan yang satunya lagi bermuara ke Jambi.
Hari demi hari, minggu demi minggu bahkan berbulan-bulan hingga setahun putri Rindu Bulan menyelusuri sungai hingga rakitnya rusak di muara. Kemudian ayam yang dibawa berubah menjadi seekor elang, sedangkan beras yang dibawa tertumpah dan berubah menjadi senggugu.
Setelah rakitnya diperbaiki, putri Rindu Bulan kembali berakit hingga akhirnya sampai di pulau Pagai di daerah Padang. Kemudian ia diselamatkan oleh orang-orang di sana.
Putri Rindu Bulan diberikan baju yang bagus. Karena kecantikannya, sang putri Rindu Bulan mampu memikat anak raja dari kerajaan Pagai. Kemudian dipinanglah putri Rindu Bulan dan menikahlah mereka.
BACA JUGA:11 Suku Yang Terkenal dengan Kencantikan Kaum Wanitanya, Pria Pasti Terpesona
BACA JUGA:Suku Rejang Salah Satu yang Tertua, Tak Pernah Merasa Penjajahan dan Paling Maju
Di daerah asal putri Rindu Bulan, ayahnya bertanya kepada keenam anaknya. Apakah putri Rindu Bulan telah dibunuh. Tentunya keenam kakaknya menjawab tidak, karena mereka tidak tidak tega membunuh adik kandung mereka sendiri, mereka terlalu menyayanginya.
Putri Rindu Bulan kemudian mengatakan pada suaminya bahwa daerah asalnya dari daerah Rejang Lebong. Kemudian putri Rindu Bulan dan suaminya mengutuskan untuk kembali ke Rejang Lebong.
Itulah awal cerita sungai Ketahun yaitu berasal dari sungai yang dilewati oleh putri Rindu Bulan selama setahun, maka sungai itu diberi nama sungai Ketahun dan juga daerahnya yang bernama Ketahun.
Ada juga riwayat lainnya mengenai asal istilah dari kata ketahun, dahulu orang belanda yang masuk kedaerah itu mengambil sumber alam yang ada di sana. Karena di sana banyak sekali harimau, maka orang belanda tersebut menyebut daerah itu Kat Town.
BACA JUGA:6 Suku Asli Bengkulu, Diantaranya Berasal dari Minang, Pelembang dan Lampung
Seiring waktu, ejaan tersebut disesuaikan dengan kebiasaan setempat, dan daerah tersebut menjadi Ketahun.
Bahasa suku Pekal jelas memperlihatkan campur bahasa antara bahasa Minangkabau dan bahasa Rejang. Sekarang, campur bahasa tersebut tidak hanya terbatas pada bahasa Minangkabau dan Rejang, tetapi juga mengambil bahasa-bahasa lainnya seperti Batak, Jawa, dan Bugis.
Perbedaan varian bahasa menjadi ciri khas lainnya dari campur bahasa pada suku Pekal. Varian tersebut berkaitan dengan intensitas hubungan dengan suku Minangkabau dan Rejang.
BACA JUGA:Suku Minangkabau, Sejarah dan Tradisi Yang Melegenda
Jika daerah tersebut lebih dekat dengan daerah suku Rejang, varian bahasa yang terlihat dari dialek akan mengarah pada bahasa Rejang. Jika mendekati wilayah budaya Minangkabau, dialeknya akan mengarah pada bahasa Minangkabau.