RADARMUKOMUKO.COM - Jagad media sosial dihebohkan oleh video viral. Dimana dalam video nampak lima anak yatim di Nias, Sumatera Utara, menangis histeris usai ibunya ditahan oleh jaksa.
Dilansir dari kumparan.com, orang tua mereka Erlina Zebua (EZ), tersangka kasus dugaan penganiayaan yang dilaporkan oleh tetangganya di Polres Nias Selatan.
BACA JUGA:Mukomuko Termasuk Penghasil CPO Terbesar di Sumatera, Ini Total Produksi per Tahun
Sementara itu, di video yang berbeda, tampak anak sulungnya menyebut bahwa kasus tersebut direkayasa oleh pihak kepolisian.
“Bapak Presiden, Bapak Kapolri, Bapak Kapolda Sumatera Utara, ke mana lagi mengadu untuk mendapatkan keadilan, ibu saya Erlina Zebua, dipersangkakan dan ditahan, karena kasus yang direkayasa oleh oknum Polres Nias Selatan,” kata dia dalam video itu.
“Tolong Pak, saya dan adik saya empat orang, tidak ada yang menolong, hanya ibu kami harapan kami. Bapak meninggal lima tahun lalu. Mamak aku janda miskin, tidak ada yang menolong kami, tolong kami," katanya.
BACA JUGA:Dokter Spesialis RSUD Prof. DR.H. M.Chatib Quzwain Mogok
Polres Nias Selatan mengajukan penangguhan penahanan terhadap Erlina Zebua, terdakwa kasus penganiayaan yang kini ditahan oleh Kejaksaan Negeri Nias Selatan.
Kapolres Nias Selatan AKBP Reinhard Nainggolan mengatakan pengajuan itu dilakukan atas pertimbangan nilai kemanusiaan. Itu karena Erlina merupakan janda yang mempunyai 5 anak.
"Saya selaku Kapolres Nias Selatan siap menjadi penjamin agar terdakwa EZ (Erlina) bisa ditangguhkan sehingga dapat merawat kelima anaknya tersebut," kata Reinhard pada Senin (22/5).
BACA JUGA:Gibran Diberi Peringatan Oleh PDIP, Usai Bersama Bakal Capres Prabowo
Selain itu, kata Reinhard, kondisi kesehatan anak-anak Erlina juga menjadi pertimbangan lebih dari Reinhard. Pasalnya, 2 dari anak Erlina kini tengah sakit.
"Kami kedatangan tamu tadi dari anak ibu EZ. Setelah kami lihat keadaannya, ternyata dua dari lima anak ibu EZ dalam keadaan sakit demam. Saat ini, dua dari kelima anak terdakwa EZ sedang dirawat di klinik Polres Nias Selatan untuk mendapatkan perawatan intensif," tutupnya.*