TERAMANG JAYA, RADARMUKOMUKO.COM – Keringat mengucur dan membasahi tubuh Sunardi warga Desa Lubuk Selandak, Kecamatan Teramang Jaya. Diusianya yang sudah mencapai setengah abad, ia bekerja sebagai pemecah batu gunung. Dengan menggunakan bodam, atau martil besar, satu-satu batu gunung dipecah, menjadi ukuran yang lebih kecil. Tujuannya agar batu mudah diangkat dan diangkut. Batu-batu tersebut digunakan untuk memadatkan jalan utama desa. Sunardi tidak bekerja sendiri, tapi bersama 2 warga lain. Usianya hampir sama, sudah kepala lima. Tidak banyak warga yang berminat bekerja seperti ini. Memecahkan batu gunung, tidak sepenuhnya mengandalkan tenaga, tapi perlu teknik, dan kesabaran. Lokasi mereka bekerja di pinggir Sungai Bantal Kiri. Tidak jauh dari pondasi jembatan penghubung antara Lubuk Selandak dengan Sumber Mulya.
‘’Dalam satu Minggu, waktu untuk memecahkan batu ini 2 hari. Selanjutnya dibawa menggunakan truck ke titik yang dipandang perlu. Selanjutnya baru diratakan secara gotong-royong,’’ jelas Sunardi.
BACA JUGA:SMPN 1 dan SMP 4 Mukomuko Gelar Kegiatan MABIT Gabungan
Sunardi menyampaikan, apa yang dilakukan ini sebagai salah satu bentuk kontribusinya membangun desa. Dalam 1 hari, Sunardi dan 2 temannya menerima upah Rp 150 ribu per orang. Warga Lubuk Selandak, menyadari tidak mudah untuk mendapat kucuran bangunan jalan dari pemerintah daerah. Disisi lain, warga membutuhkan kondisi yang layak untuk kelancaran aktivitas sehari-hari. Sudah menjadi kesepakatan bersama, untuk bahu-membahu membangun jalan utama desa.
‘’Soal upah tidak pernah kami permasalahkan. Kami sudah sepakat untuk membangun desa bersama. Sesuai dengan kemampuan dan bidang masing-masing,’’ ungkap Sunardi.
BACA JUGA:Paguyuban Mutiara Lokan Mukomuko, Bangun Sinergitas Melalui Silaturahmi
Dari mana uang digunakan untuk baya upah? Dijelaskan Sunardi, uang tersebut dihimpun dari warga. Warga yang menjual sawit, dipotong dengan jumlah tertentu. Pemotongan dilakukan oleh tauke sawit. Uang yang terkumpul digunakan untuk peperluan desa. Salah satunya upah pecah batu. Pasalnya tidak semua pekerjaan bisa dilakukan dengan gotong-royong murni. Saat gotong-royong juga butuh air minum atau makanan ringan. Selain sumbangan dari warga, bisa menggunakan dana iuran warga ini. Intinya warga ingin jalan utama desa bisa dilalui semua jenis kendaraan dalam berbagai cuaca. Di beberapa titik, juga telah dibangun rabat beton. Terutama pada kondisi jalan yang menanjak. Pembangunan menggunakan Dana Desa (DD) setiap tahun anggaran.
Sekdes Lubuk Selandak, Yuza Marzeni, S.Pd menyampaikan, desanya seperti tidak terlihat oleh pemerintah. Banyak desa yang hampir setiap tahun mendapat paket bangunan. Tidak demikian halnya dengan Lubuk Selandak. Ia mengatakan warga sangat butuh peningkatan jalan.(dul)