Suka Minum Es? Ini Efek Samping yang Perlu Kamu Waspadai, Mulai dari yang Ringan Hingga yang Berbahaya
Suka Minum Es? Ini Efek Samping yang Perlu Kamu Waspadai, Mulai dari yang Ringan Hingga yang Berbahaya--Sumber Foto : PramborsFM
RMONLINE.ID - Meminum es atau air dingin adalah salah satu cara untuk menyegarkan diri, terutama di cuaca panas. Namun, apakah Anda pernah mendengar bahwa meminum es dapat menyebabkan jantung melemah? Benarkah hal ini atau hanya mitos belaka?
Pesan yang beredar di media sosial atau aplikasi percakapan mengklaim bahwa meminum es dapat merangsang saraf vagus, yaitu saraf yang mengontrol aktivitas tak sadar tubuh seperti detak jantung. Air es akan mempengaruhi kinerja saraf ini dan menyebabkan detak jantung menjadi lebih pelan. Hal ini dapat berbahaya bagi kesehatan jantung dan meningkatkan risiko serangan jantung.
Namun, menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, dr. Yoga Yuniadi Sp.JP, pesan tersebut adalah tidak benar atau hoaks. Beliau menjelaskan bahwa di dalam tubuh atau saluran cerna, semua asupan makanan dan minuman akan mengalami penyesuaian suhu. Setelahnya, kandungan di dalam makanan atau minuman dingin ini akan dimetabolisme oleh tubuh dan kemudian diserap oleh darah.
BACA JUGA:Cara Memulihkan Kondisi Tubuh Setelah Mengalami Kurang Tidur di Malam Hari
BACA JUGA:3 Zodiak yang Diprediksi Bakal Kaya Raya Berkat Kerja Kerasnya di Akhir Tahun Ini
Beliau menambahkan bahwa tidak ada hubungan antara meminum es dengan jantung melemah. Yang menjadi faktor penyebab jantung melemah adalah gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, minum alkohol, kurang olahraga, stres, dan pola makan tidak seimbang. Oleh karena itu, sebaiknya hindari kebiasaan-kebiasaan tersebut dan jaga kesehatan jantung dengan cara yang benar.
Meskipun meminum es tidak terkait dengan jantung melemah, bukan berarti Anda dapat mengonsumsinya secara berlebihan. Meminum es terlalu banyak juga dapat menimbulkan efek samping yang tidak baik bagi tubuh, seperti merusak gigi, mengiritasi lambung, dan meningkatkan risiko batu ginjal. Oleh karena itu, sebaiknya konsumsi air dengan suhu normal atau hangat yang lebih bermanfaat bagi kesehatan.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang efek samping terlalu banyak meminum es dan cara mengatasinya:
Merusak Gigi
Makanan atau minuman dingin dapat merusak enamel gigi, yaitu lapisan terluar gigi yang melindungi bagian dalam gigi dari bakteri dan kerusakan. Enamel gigi dapat larut jika terpapar asam secara terus-menerus. Hal ini dapat menyebabkan gigi menjadi sensitif, berlubang, berubah warna, atau bahkan patah.
BACA JUGA:3 Cara Meminum Teh yang Benar untuk Menurunkan Berat Badan
BACA JUGA:Kelezatan dari Olahan Sederhana Khas Nusantara Gangan Humbut, Begini Resep dan Caranya
Untuk mencegah kerusakan gigi akibat makanan atau minuman dingin, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti:
- Mengonsumsi makanan atau minuman dingin bersama dengan makanan lain yang bersifat basa atau netral, seperti susu, keju, atau roti.
- Minum air putih setelah mengonsumsi makanan atau minuman dingin untuk membilas sisa-sisa asam di mulut.
- Menunggu setidaknya 30 menit sebelum menyikat gigi setelah mengonsumsi makanan atau minuman dingin untuk memberi waktu enamel gigi untuk pulih.
- Menggunakan pasta gigi dan sikat gigi yang lembut untuk menghindari gesekan yang dapat merusak enamel gigi.
BACA JUGA:Resep dan Cara Membuat Kerupuk Puli yang Renyah dan Sederhana
BACA JUGA:Cara Meningkatkan Wibawa di Depan Murid, Lebih Disegani Namun Tetap Dekat
Mengiritasi Lambung
Makanan atau minuman dingin dapat meningkatkan produksi asam lambung, yaitu cairan yang berfungsi untuk mencerna makanan di lambung. Jika asam lambung berlebihan, maka dapat menyebabkan iritasi pada dinding lambung dan menyebabkan gejala seperti nyeri ulu hati, mual, muntah, atau bahkan luka pada lambung.
Untuk mengurangi iritasi lambung akibat makanan atau minuman dingin, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti:
- Menghindari makanan atau minuman dingin saat perut kosong atau saat sedang stres.
- Mengurangi porsi makan dan mengunyah makanan dengan baik agar mudah dicerna.
- Menghindari minum alkohol, kopi, teh, atau minuman bersoda yang dapat meningkatkan keasaman lambung.
- Mengonsumsi obat antasida yang dapat menetralkan kelebihan asam lambung.
Meningkatkan Risiko Batu Ginjal
Makanan atau minuman dingin dapat mempengaruhi pH urine atau air seni. Urine yang terlalu asam dapat menyebabkan pembentukan kristal-kristal yang dapat berkembang menjadi batu ginjal. Batu ginjal adalah massa keras yang terbentuk di dalam ginjal akibat penumpukan zat-zat tertentu dalam urine. Batu ginjal dapat menyebabkan gejala seperti nyeri pinggang, darah dalam urine, atau infeksi saluran kemih.
Untuk mencegah batu ginjal akibat makanan atau minuman dingin, ada beberapa hal yang dapat dilakukan, seperti:
- Minum air putih minimal 2 liter per hari untuk melarutkan zat-zat penyebab batu ginjal dan membantu pengeluarannya melalui urine.
- Mengonsumsi makanan yang kaya kalium, seperti pisang, alpukat, atau kentang untuk membantu menyeimbangkan pH urine.
- Menghindari makanan yang kaya oksalat, seperti bayam, cokelat, atau kacang-kacangan yang dapat meningkatkan risiko batu kalsium oksalat.
- Mengurangi konsumsi makanan yang kaya protein hewani, seperti daging, telur, atau keju yang dapat meningkatkan risiko batu asam urat.
BACA JUGA:Resep dan Cara Membuat Kerupuk Puli yang Renyah dan Sederhana
BACA JUGA:Jangan Salfok Sama Namanya! Ternyata Bikin Kue 8 Jam Khas Palembang Mudah, Begini Resepnya
Makan makanan pedas memang memiliki sensasi yang nikmat, tetapi juga dapat menimbulkan rasa pedih di perut yang tidak nyaman. Untuk mengatasi rasa pedih di perut akibat makan makanan pedas, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, seperti minum susu, minum air rebusan jahe, mengonsumsi makanan berpati, mengonsumsi makanan atau minuman asam, dan menggunakan kompres hangat.
Namun, sebaiknya hindari mengonsumsi makanan pedas secara berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan pencernaan yang lebih serius. Jika rasa pedih di perut tidak kunjung hilang atau disertai dengan gejala lain seperti demam, darah dalam tinja, atau penurunan berat badan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: