Kiai Jaka Mangu dan Nyai Martengsari: Legenda di Balik Asal-Usul Burung Perkutut yang Memikat Hati

Kiai Jaka Mangu dan Nyai Martengsari: Legenda di Balik Asal-Usul Burung Perkutut yang Memikat Hati

Kiai Jaka Mangu dan Nyai Martengsari: Legenda di Balik Asal-Usul Burung Perkutut yang Memikat Hati--Sumber Foto : Suara Merdeka

RMONLINE.ID - Burung perkutut adalah salah satu jenis Burung yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Burung ini memiliki suara yang merdu dan bervariasi, serta memiliki banyak mitos dan legenda yang menyertainya. Namun, tahukah Anda bagaimana sejarah awal mula ada nama Burung perkutut? Berikut ini kami akan mengulasnya untuk Anda.

Nama burung perkutut berasal dari kata "perkut" yang berarti "berkicau". Kata ini merupakan onomatope atau bunyi tiruan dari suara burung perkutut itu sendiri. burung perkutut memiliki nama ilmiah Geopelia striata, yang berarti "merpati bergaris". Hal ini karena burung perkutut termasuk dalam keluarga merpati (Columbidae) dan memiliki garis-garis hitam di tubuhnya.

Burung perkutut sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Konon, ada sepasang burung perkutut yang sangat terkenal, yaitu Kiai Jaka Mangu dan Nyai Martengsari. Kedua burung ini merupakan jelmaan dari Pangeran Pajajaran bernama Joko Mangu, yang menjadi burung perkutut milik Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit.

BACA JUGA:Pilkada 2020 Sapuan Unggul di 10 Kecamatan dan Huda di 5 Kecamatan, Sekarang Tidak Mungkin Lagi

BACA JUGA:5 Fakta Penting: My Baby Hair and Body Wash untuk Usia Berapa?

Suatu hari, burung perkutut milik Prabu Brawijaya V lepas dari sangkarnya. Prabu Brawijaya V yang bijaksana membiarkan hal itu terjadi dan berkata, "Biarlah wahai penjagaku itu hanya seekor burung, hartaku sebenarnya adalah rakyat bukan perkutut". Kemudian Prabu Brawijaya V melanjutkan hijrah ke wilayah Yogyakarta. Secara ajaib, burung perkutut yang lepas itu menghampiri sang raja dan hinggap di pundaknya.

Kejadian ini disaksikan oleh raja-raja sekitar Mataram, yang kemudian berkumpul di Yogyakarta. Mereka merasa kagum dengan burung perkutut tersebut dan menganggapnya sebagai simbol kesempurnaan, harapan, dan misteri. Dari situlah, tradisi lomba burung perkutut mulai berkembang di kalangan masyarakat Jawa. Lomba burung perkutut biasanya menilai kualitas suara, volume, irama, dan variasi nada.

Burung perkutut juga memiliki banyak katuranggan atau ciri-ciri fisik tertentu yang dipercaya memiliki makna tertentu. Misalnya, bulu ekor berjumlah ganjil, warna mata atau dubur kuning, kulit kaki terpisah, atau ada tanda seperti huruf Arab di tubuhnya. Katuranggan ini dianggap sebagai tanda bahwa burung perkutut memiliki khodam atau roh penjaga yang bisa memberikan keberuntungan atau kesialan bagi pemiliknya.

BACA JUGA:Makin Optimis, Penyambutan Sapuan – Wasri di Eks Transmigrasi Air Manjuto Ramai dari Pilkada Periode Lalu

BACA JUGA:Jadwal Lengkap dan Cara Mendaftar Tes PPPK Tahap 2, Calon Peserta Wajib Tahu

Selain itu, burung perkutut juga dipercaya bisa memberikan petunjuk atau ramalan tentang masa depan melalui suaranya. Banyak orang yang percaya bahwa jika mendengar suara burung perkutut di pagi hari, maka akan mendapatkan rezeki atau kabar baik. Sebaliknya, jika mendengar suara burung perkutut di malam hari, maka akan mendapatkan bencana atau kabar buruk.

Meskipun banyak mitos dan misteri tentang burung perkutut, tidak sedikit orang yang tetap suka memeliharanya. Bagi mereka, burung perkutut adalah hewan peliharaan yang indah dan menyenangkan. Mereka tidak terpengaruh oleh cerita-cerita mistis yang beredar di masyarakat. Mereka hanya menikmati suara dan kecantikan burung perkutut sebagai salah satu anugerah alam.

Itulah sejarah awal mula ada nama burung perkutut yang kami rangkum untuk Anda. Semoga berita ini bermanfaat dan menambah wawasan Anda tentang burung perkutut.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: