Bolehkah Mengamalkan Dakwah Dari Konten Media Sosial, Berikut Tanggapan Buya Yahya
Bolehkah Mengamalkan Dakwah Dari Konten Media Sosial, Berikut Tanggapan Buya Yahya-Ilustrasi -Berbagai Sumber
RMONLINE.ID - Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Dengan hanya beberapa klik, kita dapat terhubung dengan jutaan orang dari berbagai penjuru dunia. Media sosial tidak hanya menjadi wadah untuk berbagi momen pribadi, tetapi juga telah berkembang menjadi platform yang efektif untuk menyebarkan informasi dan ilmu pengetahuan, termasuk dalam hal dakwah Islam.
Dakwah melalui media sosial memungkinkan penyebaran ajaran Islam kepada audiens yang lebih luas dengan cara yang lebih cepat dan efisien.
Namun, kemudahan ini juga membawa tantangan tersendiri. Banyaknya informasi yang beredar dengan cepat sering kali membuat kita sulit membedakan mana yang benar dan mana yang salah, mana yang autentik dan mana yang palsu.
BACA JUGA:Bupati Mukomuko Aspal Jalan di 3 Kecamatan dengan Sumber Dana DBH Sawit
BACA JUGA:Sosok Ustadz Abdul Somad, Dikenal Dari Riau, Ternyata Berdarah Batak
Buya Yahya Zainul Ma’arif, seorang ulama yang dikenal luas dan dihormati, menekankan pentingnya kewaspadaan dalam mengamalkan konten dakwah yang tersebar di media sosial.
Beliau mengingatkan bahwa tidak semua informasi yang kita terima melalui media sosial dapat dianggap sahih dan layak untuk diamalkan.
Penting bagi kita untuk memverifikasi sumber informasi tersebut dan memastikan bahwa ia sesuai dengan ajaran Islam yang benar.
Sebagai pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, Buya Yahya telah banyak berkontribusi dalam penyebaran dakwah Islam yang moderat dan sesuai dengan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jamaah.
Beliau juga aktif dalam mengembangkan berbagai media dakwah, seperti RadioQu, Al-Bahjah TV, dan berbagai platform media sosial lainnya yang menyajikan konten dakwah yang edukatif dan inspiratif.
Dalam konteks media sosial, Buya Yahya menyarankan agar kita tidak terburu-buru mengamalkan amalan yang belum jelas keabsahannya.
Sebagai umat Islam yang cerdas dan kritis, kita harus melakukan penelitian dan meminta pendapat dari para ulama yang kompeten sebelum mengamalkan suatu amalan.
BACA JUGA:Orang Indonesia Pertama Naik Haji Ternyata Berasal Dari Daerah Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: