Pidato Presiden Soekarno Ini Masuk Daftar 'Memory of the World'

Pidato Presiden Soekarno Ini Masuk Daftar 'Memory of the World'

Pidato Presiden Soekarno Ini Masuk Daftar 'Memory of the World'-istimewa-Berbagai Sumber

Dewan Pakar Indonesia untuk Memory of The World UNESCO Rieke Diah Pitaloka yang juga merupakan Duta Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) menilai, ada tiga arsip penting yang pernah disampaikan Presiden Soekarno.

Ketiga arsip itu bahkan disebut sebagai Tiga Tinta Emas Abad 20. “Arsip Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung, 1955, arsip Gerakan Non-Blok Pertama (GNB I) di Beograd, 1961. Ada juga arsip Pidato Presiden ke-1 RI Ir Soekarno di Sidang PBB, New York, 1960,” terang Rieke.

Ketiga arsip tersebut dinilai sebagai kapital simbolis Indonesia untuk memosisikan diri dalam percaturan geopolitik sekarang dan masa depan. Ketiganya, menurut Rieke Diah Pitaloka, juga menjadi pengingat bagi setiap bangsa untuk ada dalam prinsip politik para pendiri bangsa.

“Bebas aktif dan defensif aktif, sebesar-besarnya bagi kepentingan nasional Indonesia. Sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat yang terlibat dalam perjuangan perdamaian dunia,” jelas anggota DPR RI tersebut.

Pidato pertama Sukarno yang diajukan LIPI, ANRI, dan Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) pada 2018 berjudul "Unity in Diversity Asia Africa". Pidato tersebut diucapkan Soekarno pada Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diselenggarakan 18--24 April 1955 di Bandung.

Selain pidato dalam Konferensi Asia Afrika, pidato-pidato lain Bung Karno juga dinilai telah memberikan perubahan signifikan dalam percaturan politik dunia. 

Pidato berjudul "To Build The World a New" yang disampaikan pada Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1960 merupakan gagasan Soekarno yang menyentak dunia. Ia menawarkan Pancasila sebagai ideologi dunia.

Kemudian Soekarno juga membacakan pidato berjudul "New Emerging Forces" pada Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok di Beograd, Serbia, tahun 1961.

 “Pidato-pidato tersebut telah membuka cakrawala pemikiran baru di dunia,” ungkap Plt. Kepala LIPI Bambang Subiyanto, saat menerangkan pengajuan naskah ini ke UNESCO pada April 2018.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: