Kegigihan Pejuang Barisan Selempang Merah dari Kuala Tungkal Hadapi Belanda

Kegigihan Pejuang Barisan Selempang Merah dari Kuala Tungkal Hadapi Belanda

Kegigihan Pejuang Barisan Selempang Merah dari Kuala Tungkal Hadapi Belanda--

RADARMUKOMUKO.COM - Masyarakat Kuala Tungkal dan Tanjung Jabung Provinsi Jambi dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia atau mengusir penjajah, punya sejarah cukup mengagumkan. Dimana salah satunya barisan selempang merah.

Nama selempang Merah karena dalam perjuangannya selendnag diselempangkan di bahu kiri ke bawah tangan hingga ke pinggang kanan, kedua ujungnya diikat sehingga tidak mudah lepas. 

Selempang merah bertuliskan ayat-ayat al-Qur’an digunakan pada saat melaksanakan pertempuran yang merupakan atribut atau tanda pengenal pejuang

BACA JUGA:Jenis Senjata Berbagai Daerah di Indonesia Yang Digunakan Melawan Penjajah

Selempang Merah juga memiliki arti lain yaitu suatu ilmu kebathinan yang bernafaskan Islam yang mana terdapat amalan dan dzikir.

Umunya pasukan barisah selempang merah adalah sekumpulan pasukan dengan dominasi anggotanya adalah agama Islam dari berbagau suku. Dibentuk sebelum agresi militer Belanda ke II tahun 1949. 

Tujuan pembuatan pasukan untuk mengusir Belanda dari daerah Kuala Tungkal, Provinsi Jambi dan juga Tanjung Jabung. 

Anggota yang tergabung mencapai 3.000 orang dan tersebar disepanjang pesisir pantai Tanjung Jabung.

BACA JUGA:Pahlawan Wanita Indonesia Yang Paling Menakutkan Bagi Bangsa Penjajah

Dalam sejarahnya pasukan Selempang Merah turun ke medan perang hanya berbekal senjata parah dan badik. 

Malansir dari militer.id, Kisah dimulainya perjuangan barisan Selempang Merah dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) ini berawal pada tanggal 21 Januari 1949 saat beberapa tentara Belanda berusaha masuk ke wilayah kota Kuala Tungkal. 

Belanda masuk melalui jalur laut, tak tanggung-tanggung kota Kualat Tungkal juga dihujani tembakan artileri.

Sasaran penghancuran lokasi yang ingin dihancurkan Belanda salah satunya adalah tempat ibadah. Karena saat serangan tersebut pasukan Belanda tidak segan-segan meruntuhkan menara Masjid Agung saat sedang ramai orang yang tengah beribadah. 

Akibat kejadian tersebut para jamaah bubar guna menghindari seragan Belanda yang sudah membabi buta. Akibat peristiwa itu juga masyarakat, staff pemerintahan dan TNI juga mulai mengungsi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: