Istilah 'Hidung Belang' Bermula dari Tragedi Percintaan Tragis Serdadu Belanda Pieter Cortenhoeff dan Sara
Istilah 'Hidung Belang' Bermula dari Tragedi Percintaan Tragis Serdadu Belanda Pieter Cortenhoeff dan Sara--
Namun ketika suatu hari, dia memergoki sendiri Sara dan Pieter sedang 'berdua-duaan' di salah satu ruang kastil. Maka beranglah Si Tuan Jangkung (sebutan orang Betawi kepada Coen).
Melansir dari voi.id, Jaan Pieterzoon Coen yang mendengar informasi itu tentu saja langsung marah. Apalagi rekam jejaknya sebagai sosok yang jadi teladan masyarakat Eropa di Batavia tercoreng.
Nama Coen memang dikenal harum sebagai orang yang memerangi sifat-sifat buruk kompeni bejat. Hukuman berat pun dijatuhkan pada kedua pezina itu pada 6 Juni 1629.
Keduanya dieksekusi tepat di depan halaman Balai Kota (Stadhuisplein) di kawasan Kota Tua yang kini dikenal dengan nama Taman Fatahillah. Si pemuda dipancung. Sementara sang gadis dihukum dengan cara diseret ke arah pintu gerbang Stadhuisplein untuk menyaksikan hukuman kekasihnya.
Sebelum diseret, pakaian Sara dilucuti. Tak ada yang mempedulikan jeritan pilu Sara. Para algojo mulai menghujani anak dari sahabat Coen itu dengan cambukan berkali-kali.
Pieter, sebelum dipancung, wajahnya sempat dicoreti dengan arang oleh algojo sebagai penanda bagi pelaku pencabulan. Setelah pemancungan, kepala Pieter yang bergelinding di tanah menjadi tontonan yang disaksikan ratusan orang.
Mereka yang kemudian melihat bagian wajah, terutama bagian hidung, seketika mengeluarkan kata-kata "hidung belang". Literasi menduga kuat peristiwa itulah yang jadi asal muasal kemunculan kata "hidung belang".*
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: