Istilah 'Hidung Belang' Bermula dari Tragedi Percintaan Tragis Serdadu Belanda Pieter Cortenhoeff dan Sara
Istilah 'Hidung Belang' Bermula dari Tragedi Percintaan Tragis Serdadu Belanda Pieter Cortenhoeff dan Sara--
RADARMUKOMUKO.COM - Sekarang istilah "Hidung Belang" sering diungkapkan untuk menggambarkan prilaku seorang laki-laki yang suka menggoda banyak wanita atau memiliki pacar lebih dari satu.
Namun tahukah anda, istilah hidung belang bermula sejak era kelonial Belanda dimana kala itu Ibu Kota Jakarta masih bernama Batavia yang dipimpin oleh Gubernur, Jan Pieterszoon Coen.
Semasa itu hukuman mati diterapkan secara tegas, terutama kepada pelanggar hukum, salah satu korban eksekusi adalah seorang prajurit Belanda bernama Pieter J. Cortenhoeff yang memiliki wajah tampan. Dari kematiannya dalam eksekusi mati itulah muncul istilah hidung belan.
Ceritanya bermula dari Pieter Cortenhoeff Vaandrig atau serdadu bawahan umur 17 tahun berdarah campuran pribumi mendapat tugas menjaga Kastel Batavia.
BACA JUGA:Masa Jepang dan Masa Bersiap, 'Hukum Karma' Bagi Orang-Orang Belanda, Ditawan Hingga Dihabisi
Ketampananannya banyak memikat perhatian banyak wanita di Istana, termasuk Sara Specx. Sara sendiri merupakan putri dari Jacques Specx, anggota Dewan Hindia, merupakan sahabat dari Gubernur Hindia Belanda, Jan Pieterszoon Coen. Sara dititip karena Jacques Specx yang saat itu akan kembali ke Belanda.
Dirangkum dari dari berbagai sumber, salah satunya radarutara.disway.id, Alwi dalam bukunya Robin Hood Betawi menjelaskan, begitu lahir, Sara kecil dititipkan sang ayah kepada Jaan Pieterzoon Coen. Lelaki asal Hoorn, Belanda tersebut lantas menjadikan Sara sebagai anak angkat dan menyerahkan pengasuhannya kepada sang istri Eva.
Jurnalis senior, Alwi Shahab dalam bukunya berjudul Robin Hood Betawi ini, berucap, “Sara atau sering dipanggil dengan nama Saartje merupakan putri pejabat VOC yang bernama Jaques Specx dengan seorang gundiknya yang berkebangsaan Jepang.”
Usia 13 tahun, Sara tumbuh bak mawar yang baru mekar. Wajah cantiknya nan menawan, menyiratkan perpaduan antara Barat dan Timur. Sara menjadi buah bibir dan dambaan para calon perwira muda VOC, salah satu calon perwira yang tergila-gila itu bernama Pieter J. Cortenhoeff.
"Mereka lantas menjalin sebuah hubungan percintaan diam-diam," tulis Tjoa dalam Sara Specx, sebuah roman sejarah yang pertama kali diterbitkan di Bandung pada 1926 itu.
Kendati dijalani secara rahasia, tak ayal telik sandi Gubernur Coen mencium juga hubungan tersebut. Pada mulanya, dia memang tak percaya pada laporan para telik sendinya.
BACA JUGA:Cerita Penjajahan Yang Diajarkan di Sekolah Belanda, Berbeda Dengan Buku Sejarah Indonesia
BACA JUGA:MA Sentot Pemimpin Pasukan Setan yang Kebal Peluru, Membuat Belanda Mati Kutu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: