Pengorbanan Para Istri Pahlawan Yang Tak Bisa Dipandang Remeh, Rela Ditinggal Hingga Sumbangkan Harta

Pengorbanan Para Istri Pahlawan Yang Tak Bisa Dipandang Remeh, Rela Ditinggal Hingga Sumbangkan Harta

Pengorbanan Para Istri Pahlawan Yang Tak Bisa Dipandang Remeh, Rela Ditinggal Hingga Sumbangkan Harta--

Hal itu bisa dibaca dalam buku anggitan Yusran Rusydi yang bertajuk “Pribadi dan Martabat Buya Prof. Dr. Hamka” (1981). Pada zaman revolusi, kondisi begitu sulit. 

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti, makan, sang istri harus menjual harta benda simpanannya yang dibawa dari Medan. 

Tak tanggung-tanggung, kalung, gelang emas dan kain batik halus yang dibeli sewaktu Hamka jadi Redaktur Pedoman Masyarakat, dijual di bawah harga pasar agar anak bisa makan dan sekolah.

Cut Nyak Jauhari 

Istri dari Pahlawanan Nasional Teuku Nyak Arif, Gebernur Aceh Pertama. Dalam buku “Pahlawan Nasional Teuku Nyak Arif” (1992: 21) karya Mardanas Safwan dikisahkan secara jelas bagaimana peran sang istri dalam membantu perjuangan kemerdekaan.

“Pernah Teuku Nyak Arif,” tulis Safwan, “menyuruh istrinya menjual perhiasan untuk membiayai perjuangan kemerdekaan Indonesia.”

Siti Alfiah

Istri panglima besar Jenderal Soedirman. Solichin Salam dalam buku “Djendral Soedirman Pahlawan Kemerdekaan” (1963: 115, 116) mengisahkan bahwa saat beliau meninggalkan Yogyakarta untuk gerilya, beliau mengirim utusan untuk bertemu istri beliau. Intruksi beliau, “Mintalah barang perhiasan setjukupnja kepada ibumu serta beritahukan bahwa barang-barang tersebut akan dipakai bekal gerilja, jang lamanya tidak bisa dipastikan.”

BACA JUGA:Suku-Suku Asli Aceh Yang Melahirkan Pahlawan Nasional, Belanda Butuh 300 Tahun Untuk Menguasai

BACA JUGA:Perbedaan Cangkang Sawit Dura dengan Cangkang Sawit Tenera Pada Limbah Kelapa Sawit

Siti Alfiah sebagai istri, bukan saja mengorbankan harta yang dimilikinya untuk perjuangan sang suami. Tapi dalam waktu yang sama dirinya harus siap dan rela kalau suami tercintanya itu bisa saja gugur di medan perjuangan. Suatu peran yang tidak bisa dipandang remeh.

Nurnahar

Istri Pahlawan Nasional Mohammad Natsir. Dalam buku berjudul “Muhammad Natsir 70 Tahun: Kenang-kenangan Kehidupan dan Perjuangan” (1978: 38), dikisahkan bahwa saat membangun sekolah Pendis (Pendidik Islam), Natsir sempat kehabisan dana. 

Nurnahar pun bertindak cepat. Akhirnya, gelang emasnya digadaikan untuk menutupi kebutuhan itu. Gelang itu baru bisa diambil setelah memiliki uang. Padahal, gelang emas itu –menurut cerita Natsir—bukan hasil pemberiannya, tapi sudah dimiliki sejak sebelum menikah dengan Natsir.

Masih banyak kisah pengorbanan istri para pahlawan lainnya yang juga begitu menginspirasi. Maka peranan istri memang amat besar. Dan tindakan mereka bisa disejajarkan dengan kerja-kerja kepahlawanan yang patut diapresiasi.*

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: