Kisah Gadis Tionghoa Tan Peng Nio, Ikut Berperang Membela Tanah Air Dalam Perang Geger Pacinan

Kisah Gadis Tionghoa Tan Peng Nio, Ikut Berperang Membela Tanah Air Dalam Perang Geger Pacinan

Kisah Gadis Tionghoa Tan Peng Nio, Ikut Berperang Membela Tanah Air Dalam Perang Geger Pacinan--

RADARMUKOMUKO.COM - Seorang gadis Tionghoa ikut berperang melawan VOC atau kompeni Belanda dalam Perang Geger Pacinan. Namanya Raden Ayu Tan Peng Nio. Ia adalah anak dari Jenderal Tan Wan Swee, yang berselisih pendapat dan melakukan pemberontakan yang gagal terhadap Kaisar Qian Long pada 1711-1799) dari Dinasti Qing. 

Dilansir dari wikipedia, Jenderal Tan Wan Swee, menitipkan putrinya yang bernama Tan Peng Nio kepada sahabatnya, Lia Beeng Goe, seorang ahli pembuat peti mati dan ahli bela diri. 

Saat kudeta gagal, Tan Peng Nio menjalani pelarian bersama Lia Beeng Goe ke Singapura, kemudian berpindah ke Sunda Kalapa (Jakarta).

Pada tahun 1740, terjadi huru-hara yang terkenal dengan nama Geger Pecinan, dimana terjadi pembantaian terhadap etnis Tionghoa oleh tentara VOC Belanda. 

Diceritakan bahwa Lia Beeng Goe dan Tang Peng Nio mengungsi ke arah Timur, hingga tiba di Kutowinangun atau Kebumen, Jawa Tengah dan bertemu dengan Kiai Honggoyudho yang mahir membuat senjata.

BACA JUGA:6 Pejuang Wanita Dijuluki 'Singa Betina' Karena Kehebatan dan Keberanianya Saat Lawan Penjajah

BACA JUGA:Badik Senjata Bugis Ilham dari Alam Meniru Daun Sirih, Dipercaya Dapat Meningkatkan Keberanian

Ketika terjadi peperangan dan penyerbuan selama 16 tahun (1741-1757) oleh Pangeran Garendi, Tan Peng Nio dikabarkan ikut bergabung ke dalam 200 pasukan bentukan KRAT³ Kolopaking II, yang dikirimkan untuk membantu pasukan Pangeran Garendi. 

Tan Peng Nio juga dikabarkan sempat menyamar menjadi seorang prajurit laki-laki. Peperangan kemudian berakhir dalam perundingan Giyanti, pada tanggal 13 Februari 1755.

Keberadaan Tan Peng Nio sebagai petempur perempuan memberi warna dalam historiografi Nusantara dan Jawa tentang hubungan antara masyarakat Jawa dan Tionghoa sebagai teman seperjuangan.

Melansir dari cirebonraya.com, Sejarawan dari Pura Mangkunegara, KRMH Daradjadi Gondodiprodjo, yang menulis buku Geger Pacinan 1740 - 1743

Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC menjelaskan, Tan Peng Nio menjadi bagian dari pasukan Kapitan Sepanjang dan bertempur di garis depan dalam perang gerilya masa itu.

Para prajurit Tionghoa yang bergerak bersama para prajurit Mataram, sama-sama mengenakan busana hitam-hitam dan bergerak lincah dari satu mandala pertempuran ke wilayah lainnya membuat pihak kompeni Belanda berikut pasukan-pasukan bantuan yang didatangkan, terutama dari Sumenep, Madura, kewalahan.

Kisah tentang prajurit perempuan dan kepiawaian mereka dalam berperang diabadikan dalam beragam tari Bedhaya di Surakarta dan Yogyakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: